Part 2

303 43 19
                                    

Hai para readers-readersku! (asekkk)

Selamat datang dan selamat menikmati ceritanya!

_______

~Happy Reading♡~

_______

Haura berjalan dengan langkah gontai, mengingat perlakuan Bryan ketika di sekolah tadi. Ia masih tidak menyangka bahwa Bryan menampar dirinya dan malah membela Angel yang sudah membuat onar duluan.

Sesampainya di rumah ia melihat ada mobil kedua orangtuanya, itu artinya bunda dan ayahnya sudah pulang dari luar kota. Haura pun segera masuk kedalam rumahnya dengan berlari kecil.

"Assalamualaikum," ucap Haura sembari membuka pintu.

Haura berjalan perlahan sembari melihat seisi rumah.

"Wa'alaikumussalam sayang," jawab wanita paruh baya yakni, Granesia-bunda Haura.

"BUNDAA!" Haura berlari memeluk bundanya.

Ia sangat rindu bundanya, kurang lebih 3 bulan ia tidak bertemu dengan bundanya. Karena, bundanya sibuk menemani ayahnya yang kerja di luar kota. Bahkan sangat jarang sekali menghubunginya.

"Bunda kok pulang gak bilang dulu sama Hau?" tanya Haura dengan mata memanas. Sungguh ia sangat rindu kepada bundanya.

"Kan biar surprise sayang," jawab Granesia.

Haura mengeratkan pelukannya. Ini, pelukan ini yang selalu ia rindukan, pelukan hangat yang selalu ia impikan, pelukan yang memberikan kenyamanan.

"Hau kangen sama bunda," lirih Haura.

"Bunda juga sayang," balas Granesia.

Haura mengeratkan pelukannya seakan ia tidak ingin lepas dari bundanya.

"Udah dulu ya peluknya, kita makan dulu kasian ayah sama abang kamu nungguin dari tadi." Granesia langsung merangkul putrinya, membawa ia untuk makan bersama.

Haura hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tapi,

Abang?

Bundanya mengatakan bahwa Bryan menunggunya?

Bagaimana ini?

Ia masih takut dengan apa yang abangnya lakukan tadi. Tapi mau tidak mau ia menghilangkan rasa takut itu, lagi pula ia sangat rindu kepada orangtuanya. Kapan lagi ia bisa berkumpul seperti ini, makan bersama lagi, sangat jarang.

Haura dan Granesia duduk di kursi meja makan. Haura duduk berhadapan dengan Bryan membuatnya enggan untuk mengangkat kepala dan lebih memilih untuk menunduk.

"Hau, gimana sekolahnya sayang?" ucap Reonal-ayah Haura.

"Alhamdulillah, baik yah," ucap Haura seraya tersenyum manis.

Reonal membalasnya dengan tersenyum.

Bryan menatap datar mendengar percakapan ayah dan anak itu.

"Bryan ke atas dulu bun." Bryan berjalan meninggalkan mereka.

"Tapi makanannya belum abis sayang," ucap Granesia.

Bryan tidak menjawabnya, ia terus berjalan kearah kamarnya tanpa mendengarkan panggilan mereka.

Haura menatap punggung Bryan yang mulai menjauh, ia semakin bingung sebenarnya apa salah ia? Mengapa Bryan selalu menghindar untuk berkumpul dengan orang tuanya jika ia berada didekatnya.

***

"Gimana sekolah kamu sayang?" ucap Reonal-ayah Haura.

"Alhamdulillah, baik yah," ucap Haura seraya tersenyum manis.

Reonal membalasnya dengan tersenyum.

"Aarrrggghhh! Gue benci sama lo!" pekik Bryan.

"Gue benci ngeliat lo senyum,"

"Gue benci ngeliat lo bahagia,"

"Gue benci sama lo,"

"Sampai kapan pun gue benci sama lo,"

"Gue benci,"

"Benci,"

"Benci,"

"Aaarrgghhh,"

"Mati lo bangsat!"

Halo guys!

Abang Bryan kenapa?

Bryan kenapa tuh? Ada yang tau ga?

Jangan lupa follow instagram aku yaa!

@hxxzra

@sastraalangit (akun kepenulisan aku ya)

Jangab lupa follow wattpad aku juga, vote dan comment di setiap part cerita ini!

Makasih udah baca...

Pay pay...


sastraalangit

Spam next ya..

HAURAWhere stories live. Discover now