Definitely, because...

1K 157 9
                                    


Because summer has a warm weather


Fradella


Jakarta, Mei 2020

Kedua tanganku membasuh wajah kucal sisa begadang malam tadi tugas jaga malamku dengan air yang mengalir dari keran wastafel salah satu toilet di ruangan dokter IGD. Setelah mengecek beberapa bilik pasien dan memberikan laporan kepada perawat jaga setelahnya untuk melakukan pantauan kepada beberapa pasien, aku pergi untuk bersih-bersih. Biasanya selepas waktu jaga malam tempat pertama yang aku tuju adalah kantin untuk segelas kopi atau minuman segar di sana, kalau aku beruntung aku bisa bertemu beberapa makanan enak untuk mengganjal perut, tapi sudah seminggu ini aku tidak melakukan kebiasaan satu itu dan lebih memilih stay di nurse station untuk sebentar memejamkan mata dan bersih-bersih sebelum pulang.

Melihat mataku yang terlihat lelah dan pastinya mengantuk membuatku jengah sendiri menatap cermin di depanku sekarang. Haruskah aku pergi ke salon? Kapan terakhir kali aku ke salon untuk merawat kulit wajahku dan juga rambutku ini? Ck, bencana sekali penampilanku pagi ini. Sembari melepas kuncir rambutku dan menggerainya dengan mengurai menjadi semakin mengembang, aku sedikit menyisir rambutku dengan jari-jari tangan agar lebih rapi.

"Ugh, I need to cut this hair." Rambutku sudah melebihi pundak dan aku rasa aku memang benar-benar harus pergi ke salon. Mungkin aku bisa mengajak Kakak Iparku untuk persoalan satu ini, dia pasti tahu solusi yang bagus untuk rambutku ini.

Baru saja aku memikirkan Kak Akina, sebuah panggilan masuk membuat getaran hebat pada ponsel yang aku letakkan di saku jas putihku dan nama wanita itu yang muncul di layar ponselku. Tanpa berlama-lama aku menerima panggilannya.

"Long life Kakak Ipar!" seruku dengan nada rendah.

"Oh, why? Di mana, Del?" suaranya terdengar kebingungan karena seruan tak berdasar dariku tadi.

"Nggak, aku baru aja kepikiran mau hubungin Kak Kina buat minta anterin aku ke salon. Rambut aku butuh dipotong." Ucapku masih sambil menatap pantulan diriku di depan cermin dan menyelipkan juntaian rambut di sisi kanan ke kebelakang telinga. "Jam jagaku baru aja selesai."

"Boleh, mau kapan? Aku masih cuti kok. Nanti ke rumah, kan?"

Pertanyaan Kak Akina soal datang ke rumahnya sudah ditanyakannya berkali-kali sejak kemarin sore. Dia bertanya apa aku ada jaga karena kalau tidak dia memintaku untuk menginap di rumah mereka yang baru saja selesai yang benar-benar sudah rapi dan bisa ditempati.

"Iya Kak, ini aku lagi bersih-bersih nanti dari rumah sakit aku langsung ke sana. Acaranya siang, kan? Aku dipinjamin baju, ya? Sama numpang tidur deh sebentar sampai jam makan siang, hehe." Dasar banyak mau! Aku terkekeh geli sendiri mendengar ocehanku untuk Kak Akina yang pasti langsung diiyakan tanpa ocehan balik.

"Okay, aku siapin baju sama kamarnya. Kamu datang tinggal sarapan, mandi, terus tidur." See? Senang sekali aku memiliki Kakak perempuan seperti Kak Akina meskipun Kak Acen tidak pernah mengecewakan juga. "Nggak usah mampir buat beli apa-apa, banyak makanan di sini." Sebenarnya aku ingin mampir ke toko roti tadinya untuk membeli beberapa potong roti yang bisa saja dijadikan camilan, tapi titah sang Kakak sudah keluar dan tidak seharusnya aku langgar, kan?

"Thank you Kakak ipar! Kak Acen ada di rumah?"

"Ada, lagi beresin lantai satu. Ada beberapa pot tanaman yang baru sampai," suara Kak Akina terdengar sedikit menjauh dari speaker. "Kamu mau pakai dress atau celana jeans? Kita celana satu ukuran kan ya, Del?"

Cardines Temporum | CompletedWhere stories live. Discover now