Hiems | Winter

3.8K 444 15
                                    


Ghava


Bali, Maret 2020

Suara benda jatuh di dalam air yang berasal dari arah kolam renang menghentikan kegiatanku yang sedang memeriksa laporan yang dikirimkan oleh Lila dan timku di Jakarta sana sekitar satu jam yang lalu. Dengan tak yakin aku melepas sebelah airpods di telinga kiriku dan mendapati kalau suara itu kembali terdengar dan kini berupa percikan-percikan air seperti ada yang sedang sibuk mondar-mandir di atas permukaan air kolam renang. Memilih untuk meletakkan airpods-ku ke atas meja dan beranjak dari kursi untuk keluar dari kamar tidurku selama tiga hari ini, hanya untuk memastikan kalau ada makhluk hidup yang membuat keributan di wilayah basah itu, mataku disambut oleh gelapnya ruang televisi dan secercah cahaya muncul dari teras samping yang menghubung ke arah kolam renang, pintu kaca gesernya juga terbuka lebar sampai membuat tirai putih yang melapisinya melambai-lambai terbawa angin malam.

Keningku mengernyit bingung melihat penampakan yang tersuguh itu, tanpa banyak berpikir kakiku melangkah cepat ke arah teras samping dan menemukan seseorang benar-benar sedang mengitari kolam renang dengan gaya punggung yang sangat santai dan ahli, setelan renang yang dikenakannya itu berupa dua potong pakaian yang menutupi dua bagian yang berbeda, dimana tidak benar-benar tertutup dengan cara yang baik untuk dilihat.

"Ya!" aku berseru ketika mendadak hatiku dibuat dongkol melihat wajah wanita itu yang mengarah ke langit-langit menampakkan senyuman senang sementara kakinya terus membuat percikan-percikan di atas permukaan air untuk menggerakkan tubuh mengambangnya.

Wanita yang sedang asyik berenang dengan posisi telentang tadi seketika berhenti di tengah kolam dan terkejut melihatku yang berdiri kesal di ambang pintu kaca.

"What the heck are you doing? Ini jam 11 malam."

"Swimming." Bukannya merasa bersalah karena sudah menggangguku bekerja, wanita itu justru menunjukkan cengiran tak berdosa. "Mau ikut?" tangan kanannya terulur seraya melangkahkan kakinya di dalam air untuk mendekat ke sisi kolam di mana aku berdiri.

"It's nearly midnight, Gosh! And look! What are you doing... And wearing? The heck, Ya."

Yaya terkikik dan melipat kedua tangannya untuk menopang dagu di lantai kayu sisi kolam renang, berjarak satu meter dari tempatku berdiri sekarang.

"Kalau mau berenang emang aku harus pakai apa sih, Ghav? Ya ini pakaian renang yang baik dan benar, kamu pikir aku salah pakai bikini renang di kolam renang villa?"

"Bukannya tadi kamu pamit mau kerja di kamar? Kenapa tiba-tiba renang tengah malam gini?"

"Kepengin berenang aja, baru kelar pilih gambar dan import bahan sih tadi. Kamu lagi ngapain emang kok tiba-tiba muncul?"

Wanita yang masih berada di bawah air kolam tanpa pakaian yang cukup untuk menghalau dingin itu justru masih terlihat santai dan mengajakku berbincang seolah tidak memusingkan kekesalanku karena melihat kelakuannya malam ini.

"Kerja." cetusku bernada kesal. "Udah deh Ya, jangan cari gara-gara mending kamu naik sekarang terus mandi and go to bed. Kita masih ada tiga hari lagi di sini, dan aku nggak mau—"

"Aku sakit?" potongnya pada kalimatku yang belum selesai tadi. Senyumannya itu loh, seolah benar-benar puas. "Iya, kan? How sweet."

Kedua bola mataku memutar jengah. Ya memang itu yang ingin aku ucapkan tadi, sebelum Yaya memotongnya dan justru aku mendengar itu dari mulut wanita itu dengan suara yang dibuat-buat tadi, aku sedikit menyesal dengan niat baikku yang khawatir kalau dia bisa sakit kalau berenang malam-malam begini.

Cardines Temporum | CompletedWhere stories live. Discover now