95 | Menepati Janji

Mulai dari awal
                                    

Ya, Naqiya sangat mencintai suaminya itu. Meminta pada Rabb-nya, semoga kelak tiada perkara bumi yang menghentikan cinta Bara kepadanya.

[ B A Y I D O S E N K U ]


Di sinilah Bara, berdiri di pelataran rumah yang menjadi saksi bisu diusirnya Naqiya. Sekelebat bayangan-bayangan itu sedikit mengganggu ketenangan hati Bara. Seperti janji Aufar kalau mereka akan bertemu hari ini karena Muhammad sedang berada di rumah.

Tidak ada siapapun di teras rumah, hanya yang Bara lihat adalah 2 mobil yang dia yakini salah satu mobil tersebut adalah milik kakak iparnya, milik Aufar.

Bara menghela napasnya, sedikit mencemaskan kalau sesuatu yang buruk akan terjadi. Namun apapun itu, dirinya sudah siap dengan kemungkinan yang terparah, yaitu bonyok lagi wajahnya. Jelas saja, Bara sudah cukup siap untuk bertanggung jawab dengan itu semua.

"Assalamualaikum," salam Bara kepada penghuni rumah tersebut disertai ketukkan kecil.

Tak berapa lama kemudian muncullah Zainab, Ibu mertuanya. Zainab tampak sedikit lebih kurus daripada terakhir ia bertemu. Wanita itu berjalan tergopoh semari mengelap keringat di dahinya.

"Wa'alaikummussalam... eh Mas Bara," Jawab Zainab dengan senyuman merekahnya seakan wanita paruh baya itu begitu bahagia bisa bertemu dengan Bara lagi. Apalagi kali ini Bara lah yang berkunjung ke rumah mereka.

Bara langsung saja mencium tangan ibu mertuanya itu, "Umi sehat?" Tanya Bara.

"Alhamdulillah Umi sehat, Mas," Jawab Umi, "Ayo masuk dulu," Ajaknya.

Kaki Bara melangkah ke dalam rumah tersebut. Tidak banyak yang berubah dari hari dimana istrinya diusir dari rumah ini. Susunan parabotan masih sama, hanya suasananya saja yang mendung dan terkesan dingin.

"Duduk, Mas Bara," Zainab mempersilakan pria itu untuk duduk. "Sebentar Umi buatkan minum dulu ya," Zainab langsung melangkah pergi setelah mengucapkan itu.

Bara tersenyum kemudian mengambil duduk di sofa ruangan tersebut. Ornamen-ornamen yang ada di kediaman keluarga Muhammad ini memang begitu memukau.

Seperti ini pertama kalinya Bara benar-benar datang ke rumah ini dan diperlakukan sebagai tamu. Sampai-sampai pertama kalinya juga ia melihat foto-foto berukuran mini keluarga yang terdapat di dalam lemari kaca.

Ada Naqiya kecil juga di sana.

Senyuman manis gadis itu membuat Bara tanpa sadar mengulum senyumnya. Masih tidak percaya pada takdir, gadis menggemaskan di figura kecil itu sekarang sudah berstatus sebagai istrinya, dan sebentar lagi menjadi ibu dari anaknya.

"Akhirnya lo dateng juga," Suara Aufar memecah lamunan Bara dari dunia masa lalu istrinya.

"Aufar," Baru saja Bara ingin berdiri untuk bersalaman, Aufar sudah duduk dan mengatakan sesuatu.

"Terlalu pecundang sampe-sampe nggak pernah mampir kesini kalo nggak diundang," Sinisnya. "Dan terlalu brengsek, bisa-bisanya enak-enakkan ngajak adek gua ke hotel."

Bara hanya terdiam, jika dirinya membalas bisa-bisa ada perkelahian di rumah ini. Apalagi jika dia menjelaskan yang sebenarnya, bisa panjang urusan ini nanti.

"Lo tau? Laki pengecut kaya lo nggak pantes buat adek gua." Lagi, dua pria dewasa yang duduk bersebrangan itu saling tatap. Tanpa ada getir di sana.

Bara sama sekali tidak membuka mulutnya. Walau kata-kata Aufar begitu mengundang emosi Bara, tapi pria itu tetap memilih diam. Menghindari perselisihan.

Aufar menghela napasnya, malas sekali berbicara dengan orang yang seketika bisu tiba-tiba macam Bara.

"Bang, sudah ah," Tegur Zainab yang tiba-tiba datang dengan beberapa cangkir berisikan teh di atas nampan yang ia bawa, "Anak dan cucu Umi sehat 'kan, Mas Bara? Oiya kira-kira kapan Nay lahiran?" Tanya Zainab mencairkan suasana.

"Alhamdulillah sehat kok, Mi," Ujar Bara menjawab pertanyaan ibu mertuanya itu, "Untuk lahiran sudah tinggal menghitung minggu saja, minta doanya ya, Umi. Semoga diberikan kelancaran."

Zainab mengangguk-angguk, "Doa Ibu buat anaknya itu pasti terus terbentang luas, Mas Bara. Mas Bara nggak usah minta juga pasti Umi mendoakan kalian."

Tiba-tiba dari balik tirai pembatas ruang tamu dengan bagian dalam rumah ini, seorang wanita paruh baya dengan abaya hitam dan jilbab panjang menutupi sampai lututnya itu keluar.  Bara belum pernah melihat wanita ini sebelumnya, ya masih tampak asing untuknya.

"Sudah solatnya, Umma?" Tanya Zainab. Zainab, Bara, dan Aufar langsung berdiri dan membantu wanita tua tersebut duduk.

Setelah nenek itu duduk, barulah suasana berubah menjadi tegang. Bahkan Aufar sudah tidak bernyali untuk membuka mulutnya.

"Saya Ainun,"  Wanita tua yang bernama Nenek Ainun itu akhirnya membuka suaranya untuk memperkenalkan diri.

"Kamu Bara, dosennya cucu saya 'kan?" Tambahnya. Jantung Bara seakan berhenti mendadak, apakah keluarga besar Naqiya sudah mengetahui semuanya?

.
.
.
.
.
.

[ B A Y I D O S E N K U ]

Wayooloo Bar kalo sekeluarga besar Saqqaf udah tau gmn tuuu:( semoga ga terjadi apa2 ya🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wayooloo Bar kalo sekeluarga besar Saqqaf udah tau gmn tuuu:( semoga ga terjadi apa2 ya🙏

DANN AKHIRNYA GA GAGAL LAGI KANN🤣 MAS BARA BUKA PUASA JUGA AKHIRNYA HIHI

DANN AKHIRNYA GA GAGAL LAGI KANN🤣 MAS BARA BUKA PUASA JUGA AKHIRNYA HIHI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LEWATKAN PROMO 7.7 HARI INI DI SHOPEE❤️ Gratis ongkir besar2an ke seluruh Indonesia loh + banyak vouchernya + bisa bayar di tempat, yuk langsung order😍

Shopee & Instagram : mowteaslim
WhatsApp : 0896032104731

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang