07

2.8K 173 9
                                    

Tinggalkan jejak setelah atau sebelum kalian membaca.

Happy reading -!

•••

Suasana Bandara terlihat ramai, itu semua disebabkan oleh teman-teman Aziel yang ikut datang untuk mengantar tante Andin dan om Abim yang akan pergi ke luar kota. Tentu saja, Dimas, Rama, Zayyan dan Bara yang tidak ingin ketinggalan. 

"Gila bro, tante tante disini pada bohay semua," ucap Dimas heboh.

"Heh! sadar bego, lo masih bocah bau kencur jangan demennya sama tante-tante," semprot Rama.

"Tante tante itu genjotannya lebih wow asal lo tau."

"Otak lo kelewat mesum bego."

"Lo ngomong bego bego mulu, ga ada kata lain apa?"

"Goblok."

"Lo..."

"Kak ini Bandara, bukan tempat untuk unjuk debat," tegur Lisya yang sedari tadi memperhatikan adu bacot antara Rama dan Dimas.

"Sorry neng cantik. Salahkan otak dia yang kelewat mesum," ucap Rama sedikit membela dirinya.

"Kok jadi gue anjir."

"Yah ter..."

"Bisa diam gak?" Kaila yang sedari tadi fokus membaca buku pelajaran, mulai terganggu dengan Rama dan Dimas yang tidak berhenti bicara.

"Gak bisa!" Kaila menghela napasnya kasar, terlalu berharap jika kedua orang itu mau bekerja sama dengannya.

"Ihhh! Lisya lama lama kesal deh kalau ada kak Rama sama kak Dimas. Mending pulang aja, keluarin bacotannya dirumah,"

"Oh tentu tidak bisa neng cantik, kita kesini butuh perjuangan dan keringat, jadi gak bisa di usir gitu aja." Lisya memutar bola mata nya malas, daripada meladeni kedua gurcaci itu, Lisya lebih memilih pergi dan duduk di samping Bara yang tengah bermain game.

"Yah di kacangin," lirih Rama. Kaila yang sudah tidak fokus dengan buku pelajarannya, menatap ke arah Rama dengan menahan tawa nya. Sebenarnya Kaila ingin sekali akur dengan mereka, tapi ia cukup tahu diri saja.

"Hei... Kenapa ini rame rame," sapa Andin yang baru saja datang dari arah barat.

"Kita mau ikut anterin tante, walaupun cuman sampe bandara," sahut Dimas.

Andin terkekeh, ia sudah mengenal para sahabat anaknya itu lama. Jadi ia tidak cukup terkejut saat melihat sahabat anaknya ikut datang. "Tante sudah mau berangkat. Terimakasih kalian."

"Hati-hati tan," ucap Zayyan.

"Bilangin ke om Abim juga tan hati-hati," sahut Rama.

"Jangan lupa tan, anaknya masih disini. Entar kelewatan lagi, bukannya kerja malah liburan," ujar Dimas.

Andin hanya tertawa menanggapi ucapan sahabat anaknya. Waktu tersisa 10 menit lagi, Andin menghampiri Aziel yang tengah bersandar di pintu kaca sambil bersedekap dada.

KailAzielWhere stories live. Discover now