03

3.2K 187 2
                                    

Hai... Balik lagi.

Sebelum baca, aku saranin untuk tinggalkan jejak dengan cara

Vote dan komen.

Selamat membaca ❣️

•••


Dengan wajah kesal, Kaila terpaksa memasukkan seluruh pakaiannya kedalam koper. Ia terlampau malas untuk sekedar memilih pakaian apa yang akan di bawanya. Lebih baik mengambil semuanya selagi masih muat kedalam koper besar miliknya.

"Kaila, udah siap semua?" tanya Kana. Sedangkan yang ditanya hanya berdehem sebagai jawaban.

"Gak sopan kamu. Kalau di tanya orang tua itu ngomong, jangan berdehem doang!" omel Kana.

Kaila memutar bola matanya malas. "Mamah aku yang cantik dan baik hati ini kenapa terlampau cerewet sih. Mamah kan punya mata buat ngeliat udah selesai apa belum."

"Terserah. Mamah capek ngadapain kamu. Ingat, jangan buat tante Andin kerepotan sama ulah kamu. Satu lagi, kamu harus bisa mendapatkan peringkat satu umum. Kalau kamu tidak berhasil, mamah akan kirim kamu ke tante Sarah."

"Iya iya."

Kaila menyeret koper nya menuruni tangga dengan perasaan kesal. Baru saja orang tuanya pulang dari perjalanan bisnis kemarin, sekarang sudah harus berangkat lagi. Yang membuat Kaila kesal adalah, orang tua nya itu akan pergi ke Amerika selama satu tahun lebih.

Mau jadi apa nanti dia di rumah orang yang bahkan tidak di kenalnya sama sekali.

"Mari, saya bantu non."

Kaila langsung menyerahkan kopernya dan berlalu pergi memasuki mobil yang akan mengantarnya ke rumah tempat dia di titipkan.

"Papah akan mengirimkan uang setiap sebulan sekali. Pakai uang itu baik-baik, sesuai dengan apa yang kamu perlukan. Jangan repotkan tante Andin sama om Dafa. paham?"

"Paham."

Ingin rasanya Kaila menangis kalau saja ego nya tidak membutakan perasaannya. Jauh dari kedua orang tuanya selama satu tahun lebih? Sangat jauh dari ekspektasi Kaila. Di tinggal selama 3 hari saja sudah membuat Kaila uring-uringan merindukan kedua orang tuanya.

Ralat, bukan rindu hanya saja Kaila khawatir dengan keadaan kedua orang tuanya. Bisa jadi hal yang tidak di inginkan terjadi.

•••


Satu kalimat yang ada di pikiran Kaila saat ini adalah rumah yang akan di tumpangi nya dua kali lipat lebih besar dari rumah milik keluarganya. Ah, tidak sepertinya Kaila keliru. Tempat ini tidak pantas di sebut sebagai rumah, melainkan Hotel bintang lima. Sangat lebay, tapi itulah kenyataannya.

"Kami berterimakasih kepada kalian karena bersedia menjaga anak kami, selagi kami tidak bisa menjaganya."

Kaila tersenyum miring mendengar ucapan papah nya. Tidak bisa menjaganya? Bahkan selama ia hidup, ia tak pernah sekalipun mendapatkan perhatian dari papahnya. Tapi yang membuat dia sayang dengan papah nya adalah, uang jajan dengan jumlah besar yang selalu ngalir di rekeningnya.

"Tidak perlu sungkan begitu. Kaila akan kami anggap seperti anak kami sendiri. Lagi pula, ada Allisya yang akan menjadi teman Kaila di sini."

"Baiklah, terima---"

"BUNDA."

Teriakan menggelegar dari arah tangga membuat ucapan Kana terpotong. Seorang gadis dengan surai panjang hitam lebatnya berlari ke arah Andin seperti sedang terburu-buru.

KailAzielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang