Axel menggeram marah, tentu saja ia tidak terima. Bagaimana kalau Kiara nanti hamil anaknya, ia tidak rela anaknya memanggil orang lain dengan sebutan Papa.

"Lo punya otak ngga? Gimana kalo lo hamil? Lo mau biarin anak gue lahir tanpa Ayah? Hah?" Sentak Axel menangkup wajah basah dan merah milik Kiara.

"Gue ngga mau hamil, gue masih sekolah, dan kalau pun gue hamil gue bakal gugurin dia" ujar Kiara pelan, terkesan jahat memang, tapi ia benar-benar masih ingin sekolah dan menikmati masa mudanya bersama teman-temannya.

"Gugurin? Dia ngga salah apa-apa, kita yang berbuat–"

"Bukan kita, lo! Lo yang perkosa gue anjing" ujar Kiara keras.

"Gue ngga mau punya anak, gue ngga mau hamil, gue masih mau sekolah!" Pekiknya kencang kembali menangis.

"Jangan egois, Ra.." lirih Axel.

"Lo yang egois, gue benci sama lo. Gue mau pulang!" Ujarnya kemudian berdiri dengan tangan yang memegang selimut dengan erat menutupi tubuhnya.

Axel terkekeh melihatnya, Kiara benar-benar menggemaskan menurutnya. Astaga, ia tidak akan membiarkan Kiara menggugurkan anaknya.

"Lo ngga boleh gugurin anak gue!" Ujar Axel membuat Kiara berhenti, menghentikan jalannya.

"Kenapa ngga boleh? Gua yang hamil bukan lo!"

"Tapi dia ngga bersalah, Kiara!" Bentaknya membuat Kiara tersentak kaget, Axel benar-benar marah hanya karen ia bicara ingin menggugurkan anak mereka.

"Tapi gue masih mau nikmatin masa muda gue.." lirih Kiara pelan.

Axel berjalan maju menarik tubuh Kiara untuk masuk kedalam pelukannya dengan erat, tak lupa dengan selimut yang masih menutupi tubuh polos Kiara.

"Kalo lo hamil, gue bakal tanggung jawab, lo ngga usah takut" ujar Axel yang benar-benar lembut, sesekali ia mengecup rambut panjang milik Kiara.

"Gue kotor, gue udah ngga bersih, Bunda sama Ayah gue pasti kecewa banget sama gue, gue blom sempet bikin mereka berdua bangga sama gue, Axel.." adu Kiara dengan lucu, tangan mungil Kiara memainkan punggung berotot milik Axel.

"Trust me, Bunda sama Ayah lo selalu bangga sama lo" ujar Axel berusaha menenangkan perempuan yang akan ia cintai mulai saat ini.

"Gue takut Ayah marah besar sama gue, gue takut" adu Kiara lagi sembari mengeratkan pelukannya pada Axel.

"Gue bakal lindungin lo"

Kiara mendongak menatap Axel, "Ngga boleh digugurin? Gue ngga mau punya anak diumur gue yang masih 16 tahun, gue masih kecil untuk jadi seorang ibu" lirihnya.

"Dewasa ngga bisa diukur pake umur, lo bisa jadi dewasa kapan pun lo mau, umur itu cuma angka, Kiara.."

"Gue ngga ada pengalaman ngurus anak bayi, Axel" bantah Kiara.

"Kita urus anak kita sama-sama, okei?"

Kiara akhirnya mengangguk mencoba menerima keadaan, mungkin inilah takdirnya. Masa remajanya harus berhenti sampai disini dalam sekejap, benar-benar seram.

"Janji bakal tanggung jawab?" Pinta Kiara menjulurkan kelingkingnya kehadapan Axel dengan wajah yang memerah karena nangis.

"Kita satu sekolah, tiap hari ketemu. Ngga usah takut, kalo udah ada dedeknya bilang gue" ujar lembut Axel, tangan kekarnya mengelus perut rata Kiara.

"Axel! Nakal banget tangannya, lepas ngga?!" Tanya Kiara galak justru membuat Axel gemas.

"Lanjutin yang semalem mau?"

MY DANGEROUS BOY [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن