20 : Mama Garda dan Buku Antonio

3.8K 648 196
                                    

"Gue bisa rasain adanya keraguan dari cara bicara lo."

👻👻👻

"Arwah ibumu kenapa masih di sini?"

"Gue juga kaget, Na. Padahal udah dimakamkan dengan layak," jawab Garda.

"Alasan kematian?" Hana semakin penasaran, untuk apa arwah ibu Garda masih di sini apabila kematiannya memang tidak ada yang janggal?

"Ayah gue bilang, overdosis obat penenang."

Bergulirlah cerita dari mulut Garda tentang hari itu. Saat duka keluarganya masih belum larut akibat kehilangan Antonio.

Satu tahun yang lalu.

Saat itu, jingga tidak cerah, ikut murung seolah mengikuti lengkungan datar pada wajah lelaki kelas sepuluh sekolah menengah atas yang baru saja pulang sekolah, terlihat dari baju putih abu-abu yang masih melekat pada tubuhnya.

Hari itu sedikit berbeda, rumahnya yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh sanak saudaranya. Lelaki itu merasa heran, untuk apa keluarga besarnya datang? Apa yang terjadi?

"Tante?" panggil Garda ketika menangkap sosok yang amat ia kenali.

"Kamu yang sabar ya, Sayang." Wanita yang umurnya terpaut belasan tahun dengan Garda itu menepuk bahu Garda pelan sambil menunjukkan senyum sendunya.

Garda semakin bingung, ia langsung menghampiri kerumunan yang ada di salah satu ruangan rumah besar itu. Di sana, dengan tenang terbaring sosok kesayangan Garda. Wajah pucat yang terpancar dari sosok itu membuat Garda khawatir, ditambah dengan kelopak mata yang tertutup membuat kaki Garda melangkah perlahan mendekati sosok yang menjabat menjadi ibu kandungnya itu.

Garda terduduk, memegang tangan dingin ibunya. Desir darah Garda terasa berhenti tatkala ia tak merasakan denyut nadi ibunya. Rasa sesak tiba-tiba menyerangnya, ini mimpi 'kan?

Mata Garda beralih pada pria paruh baya yang duduk tak jauh dari kerumunan itu, matanya menatap nyalang, amarah dalam diri Garda seketika membuatnya bangkit dan menarik tangan pria itu ke ruangan lain.

"Apa yang telah anda lakukan pada ibu saya?!" Garda marah, sangat marah.

"Maaf, Nak. Ayah gagal jaga ibu kamu, di–dia meninggal, karena terlalu banyak minum obat penenang, m–maaf."

"Maaf anda gak akan bisa balikin ibu saya!"

Sore itu, sosok Garda yang terlihat sempurna diberikan tambahan luka oleh semesta. Seakan luka yang diberikan juga belum cukup, semesta menambahkannya lagi dengan memberi jarak semu antara Garda dengan ayahnya.

Kembali ke masa sekarang

"Maaf, bukan maksud–"

"Santai, gue ngerasa sedikit lega bisa berbagi cerita ini ke orang lain," ucap Garda memotong kalimat Hana, senyum singkat yang terbit dari bibir Garda membuat Hana yakin bahwa lelaki di depannya ini bisa dikatakan sosok yang kuat.

"Oh gitu, cukup tau sih gue, Gar. Lo bisa cerita ke Hana, tapi gak pernah bisa buat cerita tentang hal itu ke gue, lo anggep gue apa, man?" sungut Devo, kini ekspresi merajuknya lebih dramatis, ditambah dengan tangan yang menyilang di dada dan bibir yang sedikit dimajukan.

"MEREKA" ADA ✔️Where stories live. Discover now