CHAPTER 16

1.8K 492 7
                                    

"Bagaimana bisa ini terjadi?" tanya Osric penasaran, matanya tidak lepas dari Eira yang kini sudah dia baringkan dekat Nimue. "Oh, aku lupa bahwa dia adalah vampir."

"Setengah vampir," koreksi Nimue. "Bahkan seorang vampir tidak bisa menyembuhkan diri secepat itu jika terbakar."

"Ini luar biasa!" Osric berseru tiba-tiba. Matanya tidak lepas dari Eira yang terbungkus oleh jubah miliknya.

"Tidak, Osric. Eira hampir mati dua kali, dan dia memiliki kekuatan menyembuhkan diri," kata Nimue dengan nada khawatir.

Langit telah menggelap sejak beberapa saat yang lalu, namun mereka tidak memiliki tempat untuk merasa cukup aman, terlebih jika para prajurit Troan masih berkeliaran. Satu-satunya tempat teraman adalah di balik rindangnya pepohonan hutan. Setidaknya, hanya Eira yang merasa hutan adalah tempat teraman, walaupun banyak monster pasti berkeliaran terutama saat malam hari.

Osric yang duduk di depan Nimue merasa bahwa perempuan itu hanya merasa iri dengan kemampuan Eira. "Ya, itu berarti luar biasa." Matanya melirik ke Nimue untuk menangkap ekspresinya.

Nimue mejamkan matanya seolah tidak percaya bahwa dia harus menghadapi seseorang seperti Osric. "Itu tidak luar biasa!" komentarnya.

"Ah, aku tahu." Osric menyeringai, memamerkan taring bahwanya. "Kau iri padanya kan? Kau marah padanya saat tahu dia bisa menciptakan api."

Membuka mulutnya lebar, Nimue tidak percaya pada apa yang baru saja Osric lontarkan padanya, sebuah tuduhan yang sangat serius. "Menurutmu begitu?" ketusnya.

"Ya, kau iri karena Eira memiliki kekuatan itu, bukan kau. Bahwa dia lebih hebat darimu, lebih sempurna darimu, dan mungkin memiliki kehidupan yang lebih menyenangkan darimu." Kali ini, Osric memang sudah keterlaluan. Dia tidak berhak menuduh Nimue seperti itu dan mengungkit-ungkit kehidupannya.

"Oh, ya. Kata seseorang yang pergi meninggalkan kawanannya sendiri, kau seorang pengecut, Osric. Kau tidak berani menghadapi kehidupanmu sendiri dan karena itu kau pergi," cecar Nimue, membalas perkataan Osric yang sudah keterlaluan.

"Aku tidak punya pilihan dan itu berbeda!"

Sedangkan keduanya saling beradu mulut, Eira telah sadar beberapa saat yang lalu, dan tengah menikmati pertengkaran mereka. Namun, akhirnya dia mulai bicara. "Percayalah, kehidupanku tidak sempurna. Aku tidak memiliki tempat yang kalian sebut rumah. Aku tidak memiliki seseorang yang harus aku khawatirkan atau pun mengkhawatirkanku. Setidaknya, tidak lagi."

Keheningan menyelimuti mereka untuk sesaat. Eira yang mencoba bangkit dari tempat berbaringnya mengernyit saat tubuhnya menolak untuk bangun. Nimue yang berada di sampingnya membantu untuk menegakkan tubuhnya.

"Apa maksudmu dengan keadaanku tidak baik?" tanya Eira saat Nimue membantunya bersandar di bongkahan kayu.

Nimue melirik Eira dengan cepat, dia tidak yakin apa yang akan dia katakan bisa dipercaya. "Aku membaca sesuatu mengenai kemampuan menyembuhkan sepertimu disebut Caladrius."

Eira terkekeh. "Caladrius hanyalah mitos, lagipula para vampir juga bisa menyembuhkan diri mereka dengan cepat."

"Tidak secepat itu, dan aku melihat api itu meledak, bahkan para vampir tidak akan bertahan hidup jika seperti itu," komentar Nimue.

"Oke, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Apa Caldrus?" tanya Osric penasaran.

"Caladrius," koreksi Nimue. "Itu adalah kemampuan untuk bangkit dari kematian dan dapat menyembuhkan luka. Pada awalnya orang-orang mengira itu adalah sekumpulan bangsa berwujud burung. Namun, legenda mengatakan bahwa itu adalah sebuah kemampuan yang sangat langka."

Eira The Last DhampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang