Bab 35

351 109 131
                                    

Ronald yang turun ke medan perang terus memacu kuda mendekati Karl yang sedang meminjam kekuatan Khargol. Hingga ketika merasa sang lawan sudah berada dalam jangkauan sihir, ia pun melemparkan petir padanya.

Namun, Karl cukup sigap untuk menghindar. Ia memacu tunggangannya mundur sementara Ronald mengejar sambil terus menembakkan petir. Bersamaan dengan itu, para pasukan pun lepas dari pengaruh sihir dan kembali berperang melawan bangsa orc.

Sementara Ronald mengejar Karl, para pasukan tampaknya mulai terdesak. Puluhan ribu orc terus menggempur garis pertahanan Girondin dan membunuh banyak sekali pasukan. Melihat kondisi yang semakin sulit, Eric, Remnant, dan Dickens akhirnya memerintahkan pasukan untuk mundur.

Sambil terus berusaha mempertahankan formasi, mereka bergerak perlahan menuju pintu gerbang dan masuk ke kota. Hingga ketika sebagian besar pasukan telah masuk, gerbang pun ditutup. Beberapa prajurit masih tertinggal di luar dan terus bertempur hingga titik darah penghabisan. Hal itu terpaksa dilakukan untuk mencegah para pasukan orc ikut masuk kota.

Sementara para pasukan kembali menyusun barisan dari balik tembok, Ronald terus mengejar Karl hingga keduanya tiba di belantara hutan. Di sana Karl menghentikan tunggangannya lalu menatap Ronald sambil tersenyum miring

"Ronald Alane ... ternyata kau yang menggagalkan hukuman untuk Bram dan Isabel," ujar Karl tenang.

"Tak usah banyak bicara! Tarik mundur pasukanmu atau aku akan menghukummu."

"Hahaha ... tidakkah kau lihat bahwa pasukanku sedang menang? Jenderal paling bodoh sekalipun tak akan menarik mundur pasukannya ketika tahu bahwa ia akan menang," cibir Karl.

"Huh, percuma saja bicara denganmu!" seru Ronald. Ia lalu mengacungkan tongkatnya pada Karl dan melontarkan kilatan cahaya petir.

Karl beserta tunggangannya melompat dengan sigap menghindari serangan itu. Ia mengambil sebilah pedang dan perisai yang sebelumnya tersampir di punggung lalu memerintahkan harimaunya untuk segera menyerbu. Saat berubah wujud menjadi Khargol, Karl mendapatkan kemampuan sihir sebagai antorum, sekaligus ketangkasan fisik seorang orc.

"Ecctus tarbantum!" Ronald mengeluarkan sihir angin yang mengempaskan Karl ke belakang, membuatnya jatuh terjengkang bersama si harimau.

"Huh, kuat juga sihirmu," cibir Karl sambil berusaha bangkit.

Ingin peperangan segera berakhir, Ronald langsung mengacungkan tongkatnya lagi dan kilatan petir kembali muncul menyambar ke arah Karl. Namun, alih-alih mengenai sasaran, harimau tunggangan Karl melompat untuk melindungi tuannya.

Binatang itu pun terhempas dan tergeletak tak bernyawa lagi.

Ronald tak berhenti sampai di situ, ia ganti mengeluarkan sihir api. Sementara itu Karl menghindar dan berlindung di balik sebuah pohon besar, dan sesaat kemudian, ia keluar menyerang lagi.

Namun Ronald sama sekali tidak gentar. Ia kembali mengeluarkan sihirnya. Petir, api, bahkan es terus ia tembakkan ke arah Karl, memaksanya harus berguling-guling untuk terus menghindar sambil sesekali menggunakan perisainya untuk bertahan.

Meski sudah berwujud Khargol yang secara fisik lebih kuat dan lincah, ia tetap saja tak bisa mendekati Ronald yang masih duduk dengan nyaman di atas kudanya. Bertarung satu lawan satu melawan seorang penyihir ectrum sama sekali bukan perkara mudah. Merasa tak jua mendapat peluang, Karl menggunakan telepati untuk memanggil bantuan.

Ketika Ronald sedang sibuk menyerang, tiba-tiba seorang orc merah muncul dari belakang dan mengayunkan senjata. Beruntung, sang penyihir masih sempat menjatuhkan diri dari kuda untuk menghindar. Meski selamat, ia kini berada dalam posisi yang kurang menguntungkan.

Putra Penyihir : Fajar Kegelapan (END)Where stories live. Discover now