Bab 23

460 116 136
                                    

Pagi itu, semua orang tengah berkumpul di halaman kastel Kingsfort atas perintah Andrew. Setelah mendapatkan sampel ludah ayahnya, seluruh kastel pun digeledah. Anjing-anjing pelacak dikerahkan untuk mengendus setiap sudut ruangan.

Semua diperiksa kecuali ruangan tempat Anna bekerja. Mengingat kondisi raja yang semakin kritis, tak ada seorang pun yang boleh mengganggu proses pembuatan ramuan penawar racun.

Memahami tanggung jawab berat yang dipikulnya, Anna bekerja dengan sungguh-sungguh. Seluruh bahan yang ia butuhkan telah disediakan oleh orang-orang utusan Andrew.

"Lima helai daun selasih, tiga helai daun kari, lalu ... oh ya, dua tetes minyak lavender," gumam Anna sambil mengaduk ramuannya tiga kali ke kanan lalu tiga kali ke kiri. Terus berulang sambil merapalkan mantra. "firra hepatus ruare ... firra alamus vuere ...."

Seiring mantra yang dirapalkan, ramuan itu mulai bersinar sementara asap keunguan mengepul keluar dari cerobong asap.

Setelah berjam-jam direbus menggunakan api kecil, ramuan itu pun akhirnya siap. Anna menambahkan beberapa tetes madu sebagai sentuhan terakhir. "Fiuh ... selesai juga," gumamnya sambil menyeka keringat yang mengucur membasahi wajah.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara ketukan di pintu. "Kau sudah selesai?" Andrew bertanya dari luar.

"Sudah, Pangeran," sahut Anna sambil membukakan pintu. Berapa kali pun mencoba, lidah Anna selalu kelu ketika harus memanggil sang pangeran dengan namanya.

"Bagus! Sekarang kau menyamarlah sebagai Tabib William dan berikan ramuanmu pada sang raja. Aku akan menunggu di sana." Setelah itu, Andrew segera berlalu.

Anna yang memahami kritisnya kondisi raja pun menurut dan segera meminum ramuan Arsimilia miliknya. Dalam beberapa menit, tubuhnya berubah menjadi seorang pria tua berjanggut. Anna segera berganti pakaian lalu membawa ramuan penawar racunnya dalam sebuah botol kaca.

Namun, begitu melangkah keluar, ia terkejut ketika mendapati seorang wanita paruh baya menyambutnya.

"Selamat siang, saya Aster, pelayan Anda yang baru. Pangeran Andrew menugaskan saya untuk menggantikan Alice," ujar wanita itu. 

"Uh ... hai ... Aster," sapa Anna tergagap. "D-di mana Alice?" tanyanya spontan.

"Dia ditangkap atas tuduhan meracuni raja." Jawaban Aster itu—meskipun disampaikan dengan intonasi yang biasa saja—terasa bak petir yang menyambar di siang bolong.

"M-maksudmu?"

"Maaf, tapi bagian mana yang tidak Anda mengerti?" sahut pelayan itu ragu. Ia merasa telah memberikan jawaban yang cukup jelas.

Anna pun terdiam. Pikirannya berkecamuk hebat. Alice pelakunya? Bagaimana mungkin? batin Anna.

"Sebelah sini," ujar Aster ketika melihat Anna berjalan ke arah yang salah.

Terhenyak sejenak, Anna lalu berbelok mengikuti Aster. Meski sebenarnya sudah cukup mengenal kastel Kingsfort, pikirannya yang kalut membuat gadis itu jadi seperti orang linglung.

Tanpa ia sadari, Anna kini telah berada di kamar sang raja. Pandangannya kosong sementara ratu, pangeran, dan putri telah menunggu.

"Kau sudah menyiapkan ramuannya?" tanya Andrew membuyarkan lamunan Anna.

"S-sudah, Pangeran." Tergagap, Anna pun menyerahkan ramuannya pada Andrew sementara Julia dan Isabel membantu sang raja duduk.

"Minumlah, Ayah," ujar Andrew sambil memberikan secangkir ramuan buatan Anna.

Putra Penyihir : Fajar Kegelapan (END)Where stories live. Discover now