Bab Satu

152 65 195
                                    

•(•×•)•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


(•×•)

"Mereka memilihmu lagi?"

Suasana koridor yang tidak terlalu ramai membuat kalimat yang tiba-tiba terlontar itu terdengar jelas di telinga seorang gadis yang sedang berdiri di depan mading sekolah. Christie langsung menoleh ke arah kanannya dan berkata. "Ya, setiap tahun aku selalu dipilih dan ini sudah tahun ketiga."

"Kau tidak bosan setiap tahun hanya membuat roti saja?" tanya Michelle dengan alis sedikit terangkat, lalu ia berseru. "Oh! Apa karena mereka tahu bahwa kau anak dari tukang pembuat roti? Ah, pantas saja mereka selalu menyuruhmu."

Mendengar ucapan yang baru saja dikeluarkan dari temannya –sebenarnya ia juga tidak yakin dengan sebutan itu– Christie tersenyum tipis saja. Pasalnya, gadis itu sudah tahu betul dengan sifat Michelle, salah satu "teman" sekelasnya yang dapat dikatakan sang pencari perhatian. Sudah sering hal seperti ini terjadi pada Christie, sehingga ia sudah kebal dengan ucapan dan tingkah sosok itu.

"Aku yakin mereka memilihku karena mereka mempercayaiku. Setiap guru pastinya akan memilih yang terbaik, bukan?" balas Christie dengan percaya diri.

Senyuman miring di bibir Michelle lenyap seketika dan berganti dengan tatapan sinis. Ia berdecih lalu meninggalkan Christie sambil mengibaskan rambut cokelatnya.

Christie mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskannya. Ia menepuk-nepuk dadanya secara perlahan, berusaha untuk tetap sabar. "Kau pasti bisa melewati ini, Christie," bisiknya lalu tersenyum kecil. "Lagi pula ini adalah tahun terakhirmu di sekolah."

Gadis itu kembali menatap mading dengan nama-nama murid yang turut serta dalam mempersiapkan acara tahunan sekolah, kemudian ia melangkah pergi.

*

"Kei, apa semalam kau mendengarkan siaran radioku?"

Sosok bernama Kei yang diajak bicara hanya melirik sekilas dan berkata. "Aku tidak suka mendengarkan radio. Seharusnya kau tahu itu," lalu ia memegang pundak Matt –temannya– "Sudah berapa lama kita berteman?"

Matt mengerjap. "Aku hanya masih tak menyangka saja kalau kau tidak mau lagi mendengarkan radio sejak kejadian itu," ucapnya pelan, hingga membuat Kei mendengus dan kembali melangkahkan kakinya pada lantai sekolah. "Kei, tunggu!"

Tapi, sepertinya hari itu bukanlah hari keberuntungannya Kei karena saat ia berbelok ke kanan, seseorang menabraknya hingga membuat minuman kotak berisikan jus mangga yang dibawa sosok itu mengenai jasnya.

Christie terkejut, tapi bukan hanya dia, semua yang menyaksikan kejadian itu terkejut apalagi saat melihat jas sang laki-laki yang sekarang terdapat noda jus. "A- aku minta maaf!" ucap Christie panik. Ia langsung mengambil tisu di sakunya dan hendak membersihkan noda tersebut. Namun sayangnya, tangan sosok itu lebih dulu menahannya.

Choice [Hiatus :/]Where stories live. Discover now