(24) Daffa itu siapa?

129 20 3
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

"Areta."

"Iya?"

"Kamu marah kalo aku pergi?"

"Pergi kemana dulu."

"Pergi jauh."

"Jauh kemana?"

"Jauh sampe kamu nggak bisa nemuin aku."

Areta menatap pria di depannya dengan sorot mata sedikit tajam. Agak tidak suka dengan pembahasan yang sedang pria itu coba singgung. Tangannya bergerak menggenggam tangan pria itu, menggenggam seerat yang ia bisa.

"Aku nggak suka kalo kamu ngomong kayak gitu lagi. Maksudnya apa sih tiba-tiba ngomong gitu?"

"Karena aku sayang kamu, dan aku nggak mau kamu terlalu kecewa nantinya. Aku mau kamu siapin diri."

"Aku nggak akan sedih dan kecewa kalo kamu tetep disini sama aku. Tolong, jangan bikin takut."

Namun, pria itu malah tersenyum kecil. Balas mengelus punggung tangan Areta menggunakan ibu jarinya.

"Mulai sekarang siapin diri, ya?"

"Kalo aku nggak mau?" Areta menatap pria itu sendu, matanya mulai penuh dengan binar kesedihan.

"Harus mau. Ya?"

Tapi Areta tetap menggeleng. "Enggak."

"Iya. Please.."

"So please, jangan paksa aku untuk siap karena aku nggak akan pernah bisa siap untuk ditinggal lagi."

"Bisa."

"Enggak..."

"Areta."

"Please. Jangan paksa aku. Jangan. Aku nggak mau kamu pergi lagi. Ya?"

"Ret."

"Ya?"

"Areta." Kepalanya diusap. Rambut kecil yang menutupi wajahnya disilakkan ke belakang telinga. Wajahnya diusap oleh sosok pria yang sedang ia tangisi saat ini.

"Nggak mau."

"Oke, aku disini. Tenang."

"Jangan pergi."

"Iya, aku disini. Kamu kenapa, sih, kok malah nangis."

"Enggak."

"Kenapa?"

"Enggak.. enggak.. jangan pergi."

"Hey, you okay? Areta."

"Jangan—"

Rain In YouWhere stories live. Discover now