(8) Not A Good Dream

135 24 3
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Hujan lagi-lagi mengguyur kota Purwokerto. Saat ini sudah pukul setengah dua belas malam, tapi pria dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu masih betah membuka mata. Daffa, pria itu sebenarnya sudah sedari tadi tiduran di kasur. Hanya saja matanya yang tak mau diajak kerjasama. Sudah mencoba mengundang rasa kantuk dengan cara main game online, melihat berbagai macam video di YouTube, mencoba menulis proposal skripsi, sampai hal yang biasa dilakukan adik perempuannya — minum susu sebelum tidur — semua itu gagal.

Akhirnya Daffa menyerah dan memilih untuk bangkit dan pergi keluar kamar. Tujuannya adalah teras depan rumah. Hujan kali ini lumayan deras, untung sebelum keluar Daffa membawa sarung untuk digelungkan ke tubuhnya. Menghalang hawa dingin menusuk kulitnya.

Tidak ada hal khusus yang pria itu lakukan. Hanya duduk diam sambil melihat air hujan di depannya. Persis seperti tokoh utama pria dalam film dimana tokohnya galau ditinggal pacarnya lalu menyendiri bersedih di keheningan malam. Kalau kata orang Jawa, nelongso.

Saat Daffa dalam kondisi setengah melamun, hp yang berada di sakunya tiba-tiba bergetar membuat dirinya terlonjak kaget. Sebenarnya Daffa bukan tipikal orang kagetan, hanya saja suasananya yang mendukung sekarang ini cukup membuatnya sedikit parno. Sepi, gelap, hujan, dan sendirian. Hanya suara jangkrik yang ia dengar.

From: Chandra
Rika si kapan balek Semarang
(Kamu balik Semarang kapan)

To: Chandra
Urung ngarti
Palingan minggu ngarep
(Belum tahu
Paling minggu depan)

From: Chandra
Sawise rampung lomba dalang?
(Setelah selesai lomba dalang?)

To: Chandra
Iyo
(Iya)
Read.

Chandra memang salah satu teman Daffa yang agak sengklek orangnya. Banyak tidak jelasnya. Seperti sekarang ini, Daffa bahkan terheran-heran kenapa temannya itu mengiriminya pesan hanya untuk menanyakan tentang kepulangannya ke Semarang di jam hampir pukul dua belas malam.

Daffa kembali menyaku hp di kantong celananya. Kembali memandang air yang ditumpahkan dari atas langit. Coba saja sekarang ini yang turun bukan air tapi uang, sudah dari tadi Daffa akan berlarian memegang payung yang dibalik untuk memungut uang itu. Sungguh konyol pikiran pria itu.

Daffa melepas kacamata yang dipakainya, bersamaan dengan suara orang mengangetkannya.

"Kowen kweh keningapa bengi-bengi malah njagong dhewekan nang jaba? Anjog kowen kesambet bapak sing angel nambani." Ternyata yang datang adalah bapaknya. (Kamu tuh kenapa malam-malam begini malah duduk sendirian di luar? Sampe kamu kesambet bapak yang susah).

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang