(12) Teman Baru

104 23 3
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Intensitas keseringan kepergian Areta boncengan naik motor dengan seorang cowok bisa dibilang tidak cukup sering. Bahkan dengan Tara sekalipun. Ketika pacaran, mereka lebih sering main ke rumah masing-masing. Nonton film atau mengerjakan tugas bersama. Tentu, akan ada waktunya mereka jalan keluar layaknya orang pacaran. Seperti nonton di bioskop, nongkrong di kafe langganan, atau mengantar salah satu dari mereka membeli suatu kebutuhan kuliah atau pribadi. Tapi tidak sesering itu juga mereka pergi keluar seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Tara juga kalau kangen akan langsung main ke rumahnya, membawa makanan dan camilan tanpa diminta, dan ujung-ujungnya pacaran sampai seharian di rumah gadis itu. Atau sebaliknya, Areta yang akan main ke rumah Tara. Lalu apa reaksi Areta? Senang-senang saja. Pacaran tidak harus keluar rumah. Tidak harus diumbar kesana-kemari kemesraan yang mereka miliki. Asal sudah bertemu, saling berbagi cerita, atau mengobrolkan hal-hal random, semuanya juga terasa menyenangkan.

Selain Tara, Areta hanya biasa boncengan sama Ayahnya atau adiknya. Karena teman Areta di kampus lebih kebanyakan cewek, jadi Areta jarang boncengan sama cowok lain selain mereka. Pernah sih, dulu sekali waktu awal-awal pacaran sama Tara, pernah di bonceng sama Ryan — teman satu prodi Tara — karena Tara yang berhalangan menjemput dirinya di kafe setelah kegiatan prodi, dimana dirinya tidak membawa motor dan hari sudah malam, dan menyuruh Ryan untuk menjemput dirinya. Hanya itu.

Dan sekarang, Areta sedang dibonceng oleh cowok asing yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu. Daffa Abimanyu, entah namanya memang benar seperti itu atau bukan karena dia sempat mendengar temannya tadi memanggilnya orang yang sedang memboncengkan dirinya seperti itu. Karena Areta tipe orang yang kalau belum kenal akan malu-malu kucing, jadi sedari tadi mereka hanya diam. Bahkan suasananya sangat canggung. Tidak ada topik obrolan yang pas. Karena keduanya tidak tahu topik apa yang patut diobrolkan.

Motor Daffa berhenti di lampu merah. Cowok itu hanya diam, membuat Areta juga diam. Hingga tiba-tiba ada anak kecil mulai memainkan ukulele dan menyanyi sambil jalan kesana-kemari. Ada kalung yang ia pakai tapi bandulnya adalah botol yang diatasnya sudah dilubangi. Ya, dia pengamen cilik. Sedang mendendangkan sebuah lagu khas pengamen dengan suara cempreng dan petikan ukulele yang sangat tak bernada.

"Mbak, bisa minta tolong bukain tas saya. Slerekan yang paling depan, ada uang dua ribuan. Ambil satu terus kasih ke bocah itu."

"Ya? Nggak sopan, Mas."

"Nggak papa. Buruan Mbak lampunya udah mau ijo."

Areta mau tak mau membuka slerekan tas milik Daffa dan mengambil selembar uang dua ribuan, setelahnya ia tutup kembali lalu mengulurkan tangannya ke depan dan menyerahkan uang kertas itu pada Daffa.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang