Chapter one

597 47 0
                                    

Di malam yang gelap dan dingin...

Seorang wanita dewasa terlihat sedang menggandeng dua orang anak laki-laki. Kakinya berjalan terus ke depan, membuat dua anak laki-laki itu seperti terseret, mau tidak mau menyesuaikan langkah kaki mereka mengikuti wanita itu.

"Omma (ibu), kita mau kemana?" Tanya seorang anak yang lebih tua, umurnya sekitar delapan tahun.

Si wanita, yang ternyata ibu mereka, hanya diam saja. Suasana senyap, tidak ada suara apapun ditengah kegelapan malam.

Si anak melirik ke kanan dan ke kiri, hanya ada pohon yang lebat di sekeliling mereka. Gelap gulita. Hanya ada sedikit penerangan dari cahaya bulan diatas langit, juga senter kecil yang digunakan oleh si ibu.

"Omma, kita mau kemana? Aku takut, disini gelap sekali. Myung jae juga, harusnya dia tidur dirumah." Anak laki-laki itu melirik adiknya, berusia sekitar empat tahun. Adiknya juga terpaksa mengikuti ibunya dengan mata hampir terpejam.

Sekian lama berjalan, si ibu masih saja diam tidak menjawab pertanyaan anaknya. Waktu terus berjalan, dan dua anak itu mulai tersengal-sengal karena jalan yang mereka lalui terus menanjak.

Tiba-tiba si ibu berhenti. Begitu juga kedua anak laki-laki itu. Adik laki-lakinya hampir saja terjatuh karena tertidur, tapi dengan cepat ditangkap oleh sang kakak. Mereka lalu terduduk di tanah karena lelah.

"Myung Joon-ah..." suara ibu mereka memanggil anak sulungnya dengan suara parau.

"Ne?"

Ibu mereka mengarahkan senter ke depan. Myung Joon terkejut. Ternyata di depan mereka adalah jurang. Myung Joon bisa melihat sekilas, jurang itu curam sekali, dan ia tidak melihat ujung dari jurang itu.

"Apa kamu menyayangi omma?"

Myung Joon mengangguk, tanpa bersuara. Omma menoleh ke belakang. Wajahnya terlihat menggenaskan, tanpa ekspresi dengan rambut acak-acakan.

"Kamu mau ikut omma, kan?"

"Ikut omma kemana?"

"Kemana saja yang kita suka. Omma, kamu, Myung Jae, kita bisa pergi kemanapun yang kita suka. Bermain sepuasnya tanpa ada yang mengganggu kita."

Myung Joon hanya menatap ibunya dengan bingung. Walau ia baru berusia delapan tahun, tapi ia sadar ada yang tidak beres dengan ibunya. Ibu yang biasa riang dan perhatian, mendadak berubah menjadi pendiam dan kaku. Tidak jarang juga Myung Joon menemukan sang ibu tengah mabuk di malam hari. Minum-minum sendirian di ruang keluarga yang super luas. Myung Joon ingin menemani ibu, menghiburnya, tapi ia masih kecil. Ibu tidak mungkin mendengarkannya. Sifatnya juga berubah. Ibu sering memarahi kakak adik ini walau kesalahan sekecil apapun.

Karena itu, Myung Joon jadi lebih perhatian dengan Myung Jae. Adiknya itu masih sangat butuh ibu, tapi ibu menjadi seperti itu entah kenapa. Apa karena ia saja yang masih terlalu kecil, ia belum mengerti masalah orang dewasa? Entahlah. Yang pasti ibu makin aneh beberapa hari belakangan.

Seperti sekarang. Ibu membangunkannya tengah malam, memaksanya masuk ke dalam mobil. Juga Myung Jae, digendong di tengah tidurnya masuk ke dalam mobil. Entah berapa lama yang dihabiskan oleh mereka untuk sampai ke tempat ini, karena Myung Joon pun tertidur. Tiba-tiba saja ia dibangunkan dengan kasar, dan menyeretnya juga adiknya untuk masuk ke dalam hutan.

"Ayo sekarang kamu ikut omma." Omma menarik tangan Myung Joon. Kaki omma mendekat ke pinggir jurang. Tapi Myung Joon menahan tangannya.

"Kajja, adeul." (Ayo, nak)

Myung Joon menggeleng.

"Ayo cepat!" Suara omma mulai meninggi.

"Omma, tidak bisa kah kita kembali kerumah saja? Aku tidak mau lompat ke jurang. Aku masih mau main dan belajar." Mata Myung Joon mulai berkaca-kaca.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang