➢0.8

1.8K 232 11
                                    

"Firasatku benar," ucap Donghae pada bingkai foto di hadapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Firasatku benar," ucap Donghae pada bingkai foto di hadapannya.

"Aku ayah yang bodoh," Donghae menunduk.

Ini kesalahannya, Jeno menjadi seperti ini adalah kesalahannya.

"Aku membutuhkanmu Tifanny."

Nayoung masuk ke ruangan Donghae, dia melihat putranya menunduk dan menangis. Meski Nayoung adalah seorang ibu yang tegas dan mengharapkan hal sempurna untuk keluarganya, tetap saja dia seorang ibu yang terluka saat melihat anaknya menangis. Dia adalah sosok nenek yang arogan, tapi tetap saja dia adalah wanita lemah saat melihat keluarganya hancur perlahan.

"Donghae," panggil Nayoung.

Donghae langsung menghapus air matanya, "ada apa?"

"Besok aku akan pergi, ada rapat penting besok," ucap Nayoung.

Donghae mengangguk.

"Sampaikan salamku pada Jaehyun dan Yeeun, aku merasa jika Jaehyun akan segera sadar."

"Semoga saja, terima kasih."

"Eommeonim, Jeno..."

"Sudah aku katakan, aku akan menganggap Jeno sebagai cucuku saat Jaehyun memintanya."

"Dari dulu Jaehyun selalu memintanya padamu, tapi kau selalu menolak."

"Itu dulu, sekarang tidak lagi. Dan jangan lupakan kebencianku padanya karena telah membuat cucu kesayangan koma selama hampir 2 tahun."

"Ah, dia juga penyebab dirimu kehilangan istrimu."

"Eommeonim!"

"Wae?! Itu adalah faktanya."

Donghae terdiam.

"Yasudah ini sudah hampir malam, aku pamit."

Donghae menghela napasnya, ibunya memang keras kepala. Ralat, semua keluarganya adalah tipe keras kepala.

Tok tok tok

Tok tok tok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SomeWhere stories live. Discover now