- jadi bucin

515 73 1
                                    

Kebahagiaan nampak jelas pada wajah Renjun bagaimana tidak sekarang kalau lagi jalan sama cewek semua orang bisa lihat.

Seperti biasa mereka berenam ngumpul. Kali ini mereka ngumpul di rumah Jeno katanya mau merayakan kebahagiaan Renjun.

"Hallo semua! Ayah ganteng datang" tentu saja ini suara Jaemin yang datang sambil bawa Jisung.

"Mana Iran?" Tanya Shotaro celingukan ke belakang Jaemin nyari Iran.

"Lagi arisan jadi anaknya aja yang gue bawa" sahut Jaemin.

Jisung yang lucu dan menggemaskan dia cuma duduk diem aja kalau bertingkah takut di omelin sama calon papa tiri.

"Jisung mau kue?" Tawar Haechan bawa puncake.

Jisung menggeleng terus natap Jaemin.

Jaemin senyum berjongkok menyamakan tingginya dengan Jisung.

"Gak usah malu. Tenang aja semua temen papa baik kok" kata Jaemin mengambil puncake dari tangan Haechan.

"Iya ayah" kata Jisung menerima puncake itu.

Demi nyai dasima kelima kawan Jaemin saling tatap nahan tawa.

"Napa sih lo pada!" Jaemin menatap kelima kawannya bergantian.

"Gak apa apa kok ayah" celetuk Yangyang niruin gaya bicara Jisung.

Ketawa semua deh.

"Njun nanti kita juga punya anak kaya Jisung ya" Ningning dengan tiba tiba bicara seperti itu setelah mereka berhenti tertawa.

'Ukhuk' Renjun terbatuk hampir saja memuntahkan isi mulutnya.

"Eh kenapa Njun?" Ningning panik nepuk nepuk punggung Renjun pelan.

"Aku gak apa apa" sahut Renjun kemudian minum segelas air putih.



Setelah kejadian Renjun terbatuk tak lama kemudian Iran datang.

"Bunda!!!" Seru Jisung berlari ke arah pintu dan memeluk perempuan cantik disana.

Iran senyum menghampiri Jaemin.

"Jisung gak rewel kan?" Tanya Iran.

"Enggak kok" kata Jaemin "yang rewel tuh aku gak kuat pengen miliki kamu" sambung Jaemin mengusap pipi Iran bikin Iran jadi baper.

Yangyang dan Haechan menirukan gaya ingin muntah.

"Awas Jaemin buaya" celetuk Jeno terkekeh.

"Jangan baper terlalu dalam" sambung Shotaro.

Jaemin menjitak Jeno dan Shotaro secara bergantian.

Yang tadinya niat merayakan kebahagiaan Renjun eh ujung ujungnya malah makan makan doang tanpa mengucapkan selamat pada Renjun. Seperti biasa berujung dengan Haechan dan Yangyang makan paling banyak.





















"Cape?" Renjun mengusap lembut kepala Ningning.

Ningning menggeleng.

"Njun kalau mama Njun nanya asal aku darimana, Njun nanti jawab apa?" Ningning nampaknya mulai khawatir jika kehadirannya di pertanyakan ibunya Renjun.

Udah jelas sih mamanya Renjun pasti nanya soalnya Ningning serumah sama mereka kan gak baik dong bukan mukhrim tapi serumah namun mau gimana lagi Ningning gak punya tempat tinggal.

Renjun menghela nafas "udah kamu gak usah khawatir itu urusan aku" sahut Renjun.

























Ningning udah nyiapin sarapan buat Renjun dan mamanya ya begitulah gak mau di bilang parasit makanya semua kerjaan ibunya Renjun Ningning yang kerjain.

"Wah kamu pinter masak ya" puji mamanya Renjun.

Ningning tersenyum senang atas pujian itu.

Tak lama Renjun turun dan sarapan bersama.




"Kamu mau kemana?" Tanya Renjun noleh ke belakang ada Ningning lagi ngikutin dia.

"Ikut Njun boleh ya?" Ningning beraegyo.

"Aku mau ke sekolah. Masa iya ikut" kata Renjun menyelipkan rambut Ningning pada sisi telinganya.

"Kan biasanya aku ikut" sahutnya. Ya memang benar dulu tiap hari buntuti Renjun ke sekolah tapi itu dulu waktu dia belum berubah jadi manusia.

"Sekarang orang orang bisa lihat kamu, kan aneh aku ke sekolah bawa cewek bisa di hukum pak kyungsoo nanti" kata Renjun.

Ningning terdiam sejenak "ya udah deh aku nunggu Njun di kamar aja ya" katanya berbinar.

Renjun cuma ngangguk.

Renjun berhenti melangkah saat ada yang mencekal lengannya.

Renjun noleh "apa lagi?" Tanyanya.

'Cup' bibir Renjun di kecup sekilas "jangan lirik cewek lain ya!" Ucap sang gadis mengusap bibir Renjun menggunakan ibu jarinya.

"Janji" kata Renjun menarik tengkuk Ningning mencium bibirnya sedikit di bumbui lumatan lembut.


























"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya mama Renjun pada Ningning setelah sekitar satu jam Renjun pergi.

Gak di sangka kalau mamanya Renjun ngintip mereka tadi pagi.

Ningning cuma diam dia gak bisa jawab apa apa. Kalaupun di ceritakan dari awal apakah mamanya Renjun akan percaya?

"Kenapa kamu gak jawab?" Ningning masih diam di beri pertanyaan seperti itu oleh mamanya Renjun.

"Kalau kamu gak mau jawab, pergi dari rumah saya dan jangan temui Renjun lagi" ucap mamanya Renjun penuh penekanan.

Ningning membeku seketika. Dia gak punya pilihan mau minta tolong sama siapa sementara Renjun belum balik dari sekolah.

























Aduuuhh baru aja Njun merasakan bahagia

Six A SixWhere stories live. Discover now