"Baik, laksanakan, Non!"

Daryna menatap kepergian mobil Papanya dengan sendu. Kurangnya perhatian kedua orang tua membuat Daryna sedikit menjaga jarak pada keduanya. Segera berbalik dan memasuki kelas untuk menghangatkan diri.

Namun siapa sangka, ia bertemu dengan gadis menjadi biang keladi permasalahan Kara. Siapa lagi kalau bukan Yassika. Dengan perban yang melilit di bagian dahi, sedikit basah karena diterpa hujan saat melintasi pagar menuju pintu masuk.

Daryna melirik gadis itu dengan sinis. Dia semakin membenci gadis itu karena sepertinya dia sengaja mencari perhatian banyak orang dengan kondisinya yang tidak layak datang ke sekolah untuk belajar.

"Udah tau sakit, masih sempat-sempatnya ke sekolah. Mau ngapain? Caper?" sindir Daryna, berjalan beriringan sedikit menjaga jarak. Yassika menoleh, tadinya ia sibuk menunduk membersihkan air yang menempel di seragamnya.

Yassika menoleh kemudian semringah. "Oh, hai! Lo bukannya teman Kara? Siapa ya? Ha! Daryna, kan?"

Daryna menatap tajam ke arah Yassika. "Nggak usah sok akrab lo!" bentaknya.

"Oh, ma—maaf."

"Gue tadi tanya lo ngapain ke sekolah dalam keadaan nggak keurus gini? Mau caper biar banyak yang prihatin sama keadaan lo yang menyedihkan ini?" ulang Daryna menyindir dahi yang diperban, menatap dari atas sampai bawah tubuh Yassika dengan tatapan geli.

"Eng ... enggak kok. Gue cuma nggak mau ulangan susulan. Kebetulan pagi ini ada ulangan matematika sam—"

"Oh~ ngeles lo bagus juga. Padahal udah bisa ketebak, lo datang ke sekolah pagi ini karena pengin cari perhatian banyak orang," potong Daryna mencoba menebak. Menatap wajah Yassika dari dekat. "cih, tukang caper! Gue males banget dekat sama tukang caper kayak lo. Jangan dekat-dekat ya lo hama!" titahnya kemudian berjalan dengan langkah lebar.

"Oh iya Daryna! Apa lo udah tau belum, informasi tentang Kara yang kena diskors tiga hari?" tanya Yassika dengan suara yang sedikit besar.

Langkah kaki Daryna perlahan berhenti, dia mengernyitkan dahi. Kemudian dia menoleh, menatap gadis itu tajam. Apa maksud gadis gila itu?!

"Oh beneran belum dikasih tau ya sama Kara, kalau dia kena skorsing karena ngelakuin tindak kekerasan ke gue?" Yassika bertanya dengan heran. Berdiri tepat di depan Daryna lalu menyeringai tipis.

'Kekerasan?' pikirnya mulai bertanya. Kemudian menatap dahi Yassika yang diperban. Apakah dahi gadis itu sakit karena perbuatan sahabatnya? Tapi dia tidak boleh sembarang percaya, gadis itu pasti mengada-ada. Mengingat gadis di hadapannya sangatlah licik seperti tupai.

Daryna menatap jengkel ke arah Yassika yang menurutnya sangat menyebalkan. "Nggak usah asal ngomong deh lo!"

"Lo nggak liat dahi gue dililit perban gini? Apa mata lo lagi bermasalah? Lagian emang bener kok, temen kesayangan lo itu udah ngelakuin hal yang nggak terpuji ke gue!" Yassika bersikeras membenarkan perkataannya. Terlihat memaksa.

Daryna berdecih seraya bersedekap dada. Menatap Yassika dengan tatapan remeh. "Ya, ya, ya~ Serah lo sih mau ngomong apa. Yang jelas, gue nggak akan percaya sama omong kosong lo itu."

Daryna melirik sekilas ke dahi Yassika. "Cuma dahi dililit perban gini bisa buat gue percaya gitu aja sama omong kosong lo itu? Nggak ada bukti lain gitu buat nuduh Kara? Pftt ... yang benar aja! Bukan rasa simpati orang lain yang lo dapat, malah lo yang dianggap kurang waras. Alasan kok nggak meyakinkan, gimana sih lo!"

"Kalau lo nggak percaya, tanya aja sama Bu Dinda! Bu Dinda saksi dan dia tau kalau Kara beneran ngelakuin kekerasan ke gue di toilet kemarin." Daryna mengernyitkan dahi. Kemarin? Bu Dinda jadi saksi mata? Tapi dia tidak boleh gampang percaya, bisa jadi itu akal-akalan Yassika saja.

KARA |Serendipity|حيث تعيش القصص. اكتشف الآن