Playing Now
Demi Lovato | Confident
⏪⏸⏩
Azazel menoleh pelan. "Loh?! Bu guru kenapa ada disini? Kirain cuman aku yang suka kesini." Ucapnya bingung sekaligus teekejut, tak menyangka jika ada yang gemar datang ke Taman selain dirinya.
Guru itu terkekeh, dia ikut mendudukkan tubuhnya di samping Azazel, melihat anak itu dia jadi teringat murid nakalnya. "Kamu mirip seperi Kakak kamu." Gumamnya pelan.
Pandangannya lurus ke depan, menatap pohon jambu yang tengah berbuah, senyum tipis terukir dibibirnya kala sebuah kejadian muncul dikepalanya.
Aya melirik kesana kemari, setelah memastikan semuanya aman, dia menaiki pohon jambu dengan cepat, tangannya bergerak memetik jambu yang telah matang dan memasukkan nya kedalam kantong kresek yang tergantung di pergelangan tangan kirinya.
"Oh jadi ini ya maling ya!"
Seruan itu membuatnya terkejut dan kehilangan keseimbangan, akhir yang dapat ditebak, Aya jatuh ke bawah, tidak mungkin juga dijatuh ke atas kan?
Wanita itu menatap Aya dengan tatapan lelah dan malas, tangannya bergerak membenarkan letak kacamatanya dan kembali tersimpan dipinggang. "Kamu ini! Udah Ibu duga ya selama ini kamu yang nyuri jambu, kamu ini kenapa nakal banget siii..." Tangannya dengan gemas mengunyel-unyel pipi Aya, membuatnya meringis dan berusaha menjauhkan tangan gurunya dari pipinya itu.
"Bu! Lepasin bu!" Ucap Aya tak jelas karena pipinya yang tertekan.
Dalam hati dia dibuat heran, kalau diingat-ingat kenapa pipinya yang selalu jadi sasaran ketika orang-orang tengah jengkel padanya? Jika dia lihat guru-guru yang lain akan menjewer telingan muridnya sampai mereka, tapi dia? Justru mendapat unyelan dan cubitan gemas dipipinya.
Meski tidak sakit, tapi itu membuat pipinya merah.
Guru itu menjauhkan tangannya dari Aya, tangannya beralih mengapit tubuh Aya, membawanya kedalam pangkuan. Ingin berontak tapi tak mungkin, nyaman juha digendong seperti ini, guru itu juga tak terlihat keberatan kala tangan Aya memilin-milin rambut panjangnya.
"Lain kali jika ingin bilang saja pada Ibu, tak akan ada yang melarang, karena ini milik sekolah, milik bersama bukan pribadi." Sejenak Aya dibuat melongo, dia kira dia akan dimarahi, tak tahunya malah... Ck!
"Thank you Bu, semoga Ibu bahagia selalu."
Hidup saya bahagia, karena kamu. Batinnya sambil tersenyum.
Azazel panik ketika Gurunya menangis sesegukan, dia tidak mengerti dengan situasi saat ini. Tadi Gurunya baik-baik saja, tapi sekarang kenapa malah menangis?
Tangannya bergerak merogoh sakunya, mengambil selembar tisu dari sana. Azazel memang sempat membeli tisu kemasan dua ribu, saat ini dia tengah pilek, biasa akibat hujan-hujanan, jadilah begini.
"Ini Bu, Ibu susut aja air mata Ibu." Guru itu langsung menerimanya dan mengelap air matanya pelan, kelopak mata yang bulu matanya terpoles maskara itu mengerjap pelan.
"Kamu mirip seperti Kakak kamu Azazel, hanya saja versi polosnya, Ibu jadi sangat merindukannya." Gumam guru itu sedih.
Azazel menatap polos. "Kalau Ibu rindu Kak Aya, Ibu boleh kok peluk Azazel. Kata Ibu Azazel mirip Kakak."
Guru itu tersenyum, dengan cepat dia membawa Azazel kedalam pelukannya, terasa hangat persis seperti pelukan Aya beberapa tahun yang lalu, membuat air matanya kembali menetes.
Ibu Rindu kamu, Aya...
...
Septi anak baik.
Septi sabar.
Septi tampan.
Septi penurut.
Tapi lama-lama dia kesal juga.
Dengan kasar dia menghempaskan pulpen ke meja belajarnya, guru privatenya tak becus sama sekali. Dimana-mana guru itu fokus mengajar muridnya, bukannya ini malah chatting-ria dengan pacarnya, bahkan sampai melakukan panggilan vidio.
Tangannya mengepal, alisnya mencuram tajam, tatapannya mendatar dengan wajah dinginnya. Benar-benar guru yang satu ini, aku baru tahu ada guru seperti dia. gumamnya tak habis fikir dalam hati.
Septi berdiri, berjalan dan membuka pintu kamar. "Ayah! Ini gimana sih?! Masa guru privatenya maen hape mulu!! Septi kan jadi kesel!!"
"Itu apa sih Yang teriak-teriak?"
"Ngga tahu, biarin aja."
Septi mendengkus kesal, dia menutup pintu dengan suara bantingan keras, kakinya melangkah menuju ruang tengah. Septi yakin Ayahnya ada disana.
"Ayah!!!" Rengeknya kesal.
Raikan menarik nafas. "Kevin!!! Kurang ajar lo ya! Anak gue bukannya di ajarin! Lo malah nyantau-nyantai! Contohin anak gue yang bener goblok!"
"Diem deh Rai! Gue kangen sama istri gue ini!!"
Kangen ya kangen, tapi ngga gini juga kan?! cibirnya dalam hati. Kevin kampret!
Pandangannya beralih, menatap putranya yang duduk dengan wajah merengut, Septi pasti kesal. "Nanti Ayah cari guru yang lain, kirain dia bakal becus ajarin kamu." Tangannya membawa Septi ke dalam dekapannya, mengelus punggung Septi pelan.
Raikan terkekeh kecil kala dengkuran halus tertangkap telinganya, kebo sekali putranya ini.
Ayah bakal lakuin apapun, asalkan buat kamu seneng Septi, Ayah sayang kamu. batinnya dan mengecup kening putranya lembut.
...
Astaroth merenggangkan jari-jarinya yang kaku, hingga terdengat bunyi kretek-kretek, rutinitas hariannya sudah dia lakukan, meski Ayah dan Bundanya tahu mereka tak melarang, membuat Astaroth senang.
Membunuh.
Tak ada yang Astaroth senangi selain Kakaknya dan membunuh.
Biasanya dia akan melakukan hal menyenangkan ini bersama Kakaknya, karena tanpa Abangnya ketahui, Aya selalu ikut bersamanya dan membunuh orang yang mereka temui.
"Kau hanya akan memotong jarinya? Kenapa tidak cabut saja kukunya? Kakak lihat kukunya begitu cantik, koleksi saja."
"Yang benar saja? Kakak suka seperti itu?"
"Aku bahkan mempunyai beribu-ribu koleksi mata dan yang lain."
"Kau gila!"
"Memang kapan aku waras hah?!"
"Ah ya, aku belum mengambil kukunya." Gumamnya pelan, tatapannya kembali mengarah pada tubuhnya tergeletak di depannya, matanya mengamati jari-jari korbannya.
Kernyitan muncul keningnya sedikit. "Aku lupa jika korban ku kali ini laki-laki, pasti kukunya buruk! Tidak seperti perempuan yang memang dirawat."
Sudah sejak kecil kegiatan ini dia lakukan, bukan tanpa alasan Ayah dan Bundanya tak melarang, karena kelakuan seperti ini mendarah daging dikeluarga mereka.
Mereka menjadi psychopath karena gen.
Mengingat sejarah Nenek dan Kakek moyang mereka yang gila, tak heran jika generasinya juga seperti ini.
Astaroth tak jadi mencabuti kuku-kuku korban dan dijadikan koleksi seperti biasa, jadi dia mengantongi kembali belati dan tang-nya lalu pergi dari lokasi dengan pelan.
"Hah! Kena kau!"
YOU ARE READING
Missing You [End]
Mystery / ThrillerMungkin Tuhan memang menakdirkan hidupnya penuh dengan kesialan, di mulai dari hal-hal yang kecil, sampai hal besar. Contohnya Rival Septian Nugraha yang tak pernah punya teman dan selalu di jauhi di sekolahnya, dan dia tak tahu apa kesalahannya. La...
![Missing You [End]](https://img.wattpad.com/cover/267987037-64-k281494.jpg)