• 06 •

7 2 0
                                        

Playing Now
K-391 & Alan Walker (feat. Julie Bergan & Seungri) | Ignite

⏪⏸⏩

"Kamu harus menahan nafsumu, Sayang. Ayah tidak ingin kamu melewati batasnya."

Pria itu terus mengoceh meski dia tahu ucapannya tak didengarkan sama sekali, dia tidak peduli, yang penting dia bisa meluapkan kekesalannya pada putri semata wayangnya.

"Jika kamu terus menyosor seenaknya, Ayah tidak masalah, hanya saja jika diketahui oleh Raikan, Ayah-"

"Apa? Ayah malu?" Ucapannya terpotong, pria itu mengerjapkan kelopak matanya, membalas tatapan tajam putrinya dengan tak kalah tajam. "Ayah tidak malu sama sekali, Ayah hanya tidak enak. Raikan tidak tahu apapun, apakah Ayah harus-"

"Tidak perlu dan tidak usah menjelaskan apapun padanya, dia tidak akan mengerti apapun!"

Huuffttt

Helaan nafas keluar dari mulutnya melihat putrinya berlalu begitu saja dari hadapannya, pria itu tak mempermasalahkan nya, karena dia juga seperti itu.

Dia hanya tak enak jika Raikan tahu, meski dia sudah menyimpan perilaku putrinya serapat mungkin, itu tidak akan menjamin. Karena putrinya itu gemar menyosor Septi dimanapun dan kapanpun.

Dia sedikit bersyukur karena Aya perempuan, jika pria mungkin sudah lebih dari sekedar berciuman, seperti dia dulu yang nyaris saja..

"Buah memang tak jatuh jauh dari pohonnya!"

Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya, tangannya dengan kasar menghempaskan pena yang sedari tadi jarinya pegang, Arno sudah tidak mood mengerjakan kertas-kertas yang kini tergeletak begitu saja di atas meja.

Arno menyangga kepalanya menggunakan kedua tangannya yang bertumpu di meja,

Ceklek

Mendengar suara pintu terbuka membuatnya mendongakkan kepala, dalam hati dia berharap itu adalah istrinya, namun ekspetasi tak seindah realita, karena nyatanya yang ada di hadapannya tak lebih sekedar dari wanita penggoda.

Sinar mata yang tadinya berbinar, kini meredup, tergantikan dengan pandangan dingin dan muka datar, ditambah dengan hawa menahan kemarahan yang menguar dari tubuhnya.

Siapa yang beraninya memasukkan jalang ini ke dalam ruanganku? Batinnya geram menahan marah.

"Hallo sayang! Aku merindukanmu, kau tahu?"

Arno dengan sigap menghindar dari tangan yang hendak mengusap wajahnya, dengan emosi yang menggebu tangannya menggebrak meja keras dan mengangkatnya lalu membantingnya ke sembarang arah.

Brak

Prang

Duk

"Siapa yang berani memasukkan jalang ini ke dalam ruanganku?! Imelda Mentari! Kemari Kau!" Arno meraung marah setelah melempar meja, matanya memerah, dadanya naik turun dengan tangan yang terkepal.

Semurah-murahnya harga diri wanita di depannya, sebisa mungkin Arno menghargai harga diri wanita itu yang masih tersisa. Arno mempunyai anak, istri dan Ibu yang memang perempuan, jika dia menyakiti wanita di hadapannya, sama saja dia menyakiti anak, istri dan Ibunya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang gadis dengan wajah paniknya. "Ada apa Pak? Apa yang-" Mata gadis itu membulat sempurna melihat kondisi ruangan atasannya, pandangannya mengedar dan berhenti pada wanita dengan pakaian kurang bahannya tengah berdiri di sudut ruangan dengan tubuh bergetar takut.

Gadis yang tak lain adalah Imelda, sekertaris dari Arno mengepalkan tangannya dengan raut wajah tak suka. "Ngapain lo disini jalang?! Siapa yang nyuruh lo masuk?! Setelah godain pacar gue lo mau godain atasan gue hah?!"

Dengan langkah penuh emosi, Imelda melangkah dengan tangan yang merogoh saku jasnya, mengeluarkan ponsel dan mendial nomor seseorang. "Heh Koko! Bawa jalang lo pergi dari kantor Boss gue! Gue ngga mau tahu!" Kembali setelah mematikan sambungan, Imelda mengetikkan pesan untuk seseorang, selesai dengan itu dia melanjutkan langkahnya.

Tangannya dengan kasar menarik rambut Sarah—wanita yang berniat menggoda Arno, ditariknya Sarah keluar oleh Imelda dengan cara menarik rambutnya, membuat Sarah terpekik sakit dan mencoba menjauhkan tangan Imelda dari rambutnya.

"Jauhin tangan lo dari rambut gue sialan! Lepasin!"

Arno menatap ke arah pintu yang tertutup dengan pandangan datar, dia menghempaskan tubuhnya ke sofa, membaringkan diri dengan perlahan disana.

Saat kelopak matanya akan tertutup, suara pintu terbuka lagi membuatnya mengurungkan niat dan kepalanya menoleh ke arah pintu.

Wajah yang semula datar dan penuh emosi menjadi lembut dengan sinar manja yang terlihat dimatanya, kedua tangannya terentang ke depan. "Sayang! Kangen!" Rengeknya yang membuat seseorang yang baru saja masuk terkekeh geli.

"Apaan sih, dasar!"

Seseorang yang tak lain adalah Ria—istri Arno, mendudukkan dirinya di samping Arno, kikikan keluar dari mulutnya saat baru saja duduk, dirinya sudah diserang dengan kecupan-kecupan yang dilayangkan Arno di aerea wajahnya.

Arno begitu senang ketika Istrinya datang, pasti Imelda yang menyuruh Istrinya untuk datang.

Thank you Imelda, saya akan menaikkan gaji kamu bulan depan.

Setelah pesannya terkirim, Arno melanjutkan acara bermanja ria dengan Istrinya. Sementara dilain tempat Imelda berjingkrak kegirangan karena akan mendapatkan bonus dari atasannya.

"Ya meski si Sarah harus disiksa dulu, gue rela deh asalkan dapet bonus. Lagian itu salah si Sarah karena godain Pak Arno, hahhh.. Ngga nyangka gue bakal kecipratan hikmahnya." Kikinya senang.

Tangannya melambai ria pada Sarah yang kini tengah berjalan dengan langkah terseret, karena Koko yang menyeretnya keluar dari gedung perusahaan, di bawah tatapan para karyawan karena ini memang jam istirahat.

Sementara Sarah harus menahan malu karena ditatap sedemikian rupa, hancur sudah imagenya sebagai wanita yang dipandang anggun dan paling cantik. Tatapan tak suka dia layangkan pada Imelda—musuh bebuyutannya dari jaman SMP, dengan tatapan penuh permusuhan.

Awas aja lo! Gue bakal balas kelakuan lo ini,  gue bakal rebut apapun yang lo punya. Sekarang gue udah rebut pacar lo, besok-besok gue bakal rebut sahabat lo! Sumpahnya dalam hati.

Missing You [End]Where stories live. Discover now