Playing Now
Lenka | We Will Not Grow Old
⏪⏸⏩
"Ibu! Azazel izin ke toilet ya?"
Asrael menatap Azazel lamat, tangannya menyikut Azazel pelan, membuat Azazel menoleh. "Ini udah mau istirahat, ngga kagok apa? Lebik baik kamu ke toilet nanti, aku temani." Ucap Asrael pelan yang mendapat gelengan dari Azazel.
Azazel beranjak dari duduknya kala mendapat izin dari Gurunya dan berlari dengan cepat menuju toilet, Asrael menoleh pada Astaroth yang ada di belakang.
"Jika terjadi apa-apa pada Azazel bagaimana?"
Asrael tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya, toilet sekolah mereka terkesan aneh dan angker, jarang dari mereka yang merasa ingin ke toilet, dan ini kali pertama Azazel ke toilet, apalagi Azazel sering mendapat bullyan yang entah siapa dalangnya, belum mereka ketahui dengan pasti.
Astaroth menatap Asrael dengan tatapan datarnya. "Kita susul dia nanti." Ucapnya yang langsung diangguki Asrael dan kembali menoleh ke depan, mencoba fokus pada penjelasan yang di berikan guru.
Tanpa Asrael ketahui, tangan Astaroth mengepal karena khawatir akan terjadi apa-apa pada si bungsu, dia mengenyahkan fikiran negatif yang bersarang di kepalanya.
Semoga tidak terjadi apa-apa. batinnya berharap.
...
Setelah selesai buang air kecil, kini Azazel tengah mencuci tangan di westafel yang tersedia disetiap kamar mandi.
Tok tok tok
Dor dor dorr
Azazel seketika menoleh pada pintu kamar mandi yang diketuk dengan membabi buta, keningnya mengkerut samar, rasa takut sedikit-demi sedikit menyusup ke dalam hatinya. "Toilet kan banyak, kenapa pintu kamar mandi yang aku tempati di ketuk keras banget? Diakan bisa pakai yang lain." Monolognya heran.
Tok tok tok
Tok tok tok
Mencoba mengenyahkan rasa takutnya Azazel berteriak. "Sebentar! Aku masih lama! Kalau kamu buru-buru toilet sebelahkan kosong!" Teriak Azazel dengan cepat.
Tok tok tok
"Ah ya ampun! Dia sangat-sangat menjengkelkan." Gerutu Azazel pelan, hatinya mulai kesal karena ketenangannya di ganggu. Dengan cepat Azazel menyudahi acara mencuci tangannya sampai bersih dan benar-benar bersih dan membuka pintu toilet dengan sedikit kencang.
Kelopak matanya mengerjap ketika tak mendapati siapapun di area kamar mandi, Azazel menggaruk kepalanya bingung. "Tadi perasaan ada yang ketuk pintu, kok sekarang ngga ada sih?"
Tok tok tok
Dor dor dor
Kepalanya spontan menoleh, melihat pintu gudang yang tergedor dari dalam. Rasa penasaran menelusup ke dalam hatinya, tapi ada rasa takut juga, matanya terus-menerus menatap ke arah pintu gudang.
Kakinya perlahan berjalan mendekati gudang yang pintunya tak henti terketuk dari dalam, tak memperdulikan apapun lagi, Azazel sangat ingin mengetahui apa yang ada di dalam.
Sreett
"Ayo! Kita pergi!"
"T-tapi-"
"Kita pergi dari sini Dek!"
Kelopak mata Azazel mengerjap dan akhirnya dengan langkah pasrah mengikuti orang itu yang menyeretnya, membawanya pergi dari toilet, namun sebelum itu kepalanya menoleh sekali lagi ke belakang.
Bola matanya membesar melihat sesuatu yang tergantung di tengah-tengah pintu gudang yang kini terbuka lebar.
"Pak Ce-"
"Cepat Azazel!"
Akhirnya Azazel mempercepat langkahnya tanpa mau menoleh ke belakang, mendengar bentakan orang yang kini menarik tangannya membuatnya sedikit takut.
Apa itu benar-benar nyata? Aku tidak menyangka sama sekali.
...
Ria menggerakkan tangannya, membuka kotak beludru berwarna biru yang baru saja diberikan putrinya itu padanya. Tangannya terangkat menutup mulutnya yang terbuka tak percaya, matanya menatap putrinya dengan berkaca-kaca.
Aya tersenyum manis. "Bagaimana Bunda? Apa Bunda suka? Jika Bunda suka pakai kalung itu, jika tidak Bunda bisa membuangnya." Mendengar ucapan putrinya, Ria spontan menepuk tangan putrinya pelan. "Apaan?! Bunda suka kok, lagian kalung ini mahal banget Ay! Kamu dapat dari mana?"
"Yang terpenting itu bukan hasil curian."
Ria hanya bisa menggeleng mendengar jawaban santai putrinya, tangannya bergerak membawa putrinya ke dalam pelukannya dan mengusap kepalanya lembut.
"Makasih putri Bunda, Bunda akan pakai dan jaga kalung ini sepenuh hati." Ucap Ria lembut dan bibir yang mengecup kening putrinya lembut.
Aya tersenyum, tangannya terlingkar dipinggang Ria dengan erat. "Terima kasih Bunda, usahaku ngga sia-sia buat dapetin kalung itu."
Ria menggenggam kalung berbandul bunga matahari yang saat ini dia pakai, matanya berkaca-kaca mengingat jika putrinya lah yang memberikan kalung ini untuknya.
Yang Ria tahu, kalung ini sangat-sangat mahal, bagaimana bisa putrinya mendapat kalung semahal ini? Ria tak tahu, sesuai apa yang putrinya bilang, yang terpenting bukan hasil curian.
Kotak beludrunya pun masih Ria simpan dengan baik, dia tak akan membiarkan kotak itu terkotori debu sedikitpun. Tangannya kembali membuka kotak itu, matanya dibuat menyipit melihat sesuatu yang terselip, setelah mengambilnya Ria dibuat menganga tak percaya.
"Masih ada?" Gumamnya tak percaya, matanya tak berkedip menatap cincin berlian yang terlihat berkilau dimatanya.
Dengan pelan Ria memasangkan cincin itu ke jari manisnya, berdampingan dengan cincin nikah yang diberikan suaminya dulu. Senyum indah terukir di bibirnya. "Cantik." Gumamnya dengan kagum melihat kedua cincin yang dipakainya sama-sama berkilau.
"Cincin dari siapa Sayang?" Ria menoleh, menatap suaminya yang baru saja datang dan mendudukkan diri di sampingnya.
Ria menunduk menatap jari manisnya. "Dari Aya, Ar."
"Em hem.."
Arno mengangguk dan ikut menatap cincin itu. Tapi... Arno melirik cincin yang ada dijari manisnya, tangannya dengan pelan membawa tangan Ria dan dia dekatkan pada tangannya, mereka saling menatap.
"Lengkap!" Ucap kedua berbarengan dengan senyum manis, mata mereka sama-sama menatap cincing yang terpasang dijari manis mereka.
Cincin berlian dengan bandul bintang setengah jadi itu terlihat lengkap karena ternyata potongannya ada di cincin milik Arno.
Ria mendongak menatap langit malam yang di taburi bintang dan bulan yang terlihat terang. "Aku kangen Aya, Ar."
Arno menggenggam erat tangan Ria, sama-sama mendongak menatap langit. "Semoga dia tenang ya, dia pasti sudah bahagia bersama yang lainnya."
Semoga ..
YOU ARE READING
Missing You [End]
Mystery / ThrillerMungkin Tuhan memang menakdirkan hidupnya penuh dengan kesialan, di mulai dari hal-hal yang kecil, sampai hal besar. Contohnya Rival Septian Nugraha yang tak pernah punya teman dan selalu di jauhi di sekolahnya, dan dia tak tahu apa kesalahannya. La...
![Missing You [End]](https://img.wattpad.com/cover/267987037-64-k281494.jpg)