Chapter 16

2.8K 602 134
                                    

"Betapa indahnya hari yang kita alami. Bukankah ini hari yang menyenangkan untuk berjalan-jalan?"

Kardinal, Aurelie Boutier, bertanya dengan santai. Namun tidak ada jawaban.

Dia tidak datang ke bukit di belakang Istana Romero untuk menikmati piknik bersama putra baptisnya tersayang.

Tapi tidak ada alasan untuk tidak menikmatinya setelah datang jauh-jauh ke sini.

Dia melihat ke arah Pangeran Kekaisaran, yang melindunginya saat dia berjalan di sampingnya.

Keduanya berjalan tanpa ada pengawal.

Bahkan para tukang kebun pun pergi karena mereka tahu bahwa inilah waktu berjalan-jalan yang biasa dilakukan Pangeran Kekaisaran.

"Lewat sini, Yang Mulia."

Anak laki-laki itu, yang akhirnya berbicara setelah sekian lama, membimbingnya ke bagian terpencil dari bukit yang luas.

Semak-semak yang setinggi Kardinal semuanya terpangkas rapi di sini.

Sepertinya tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu.

"Siapa lagi yang tahu bahwa itu ada di sini?"

"Yang Mulia Permaisuri tahu tentang itu. Aku juga sudah memberi tahu Capuson tentang itu."

"Itu luar biasa. Aku tidak percaya hanya empat orang yang masih mengetahuinya."

"Kamu akan mengerti begitu melihatnya, Yang Mulia."

Mata berwarna krem ​​Kardinal berbinar karena keingintahuan di bawah kacamata berlensa miliknya.

Dia sudah menjadi wanita paruh baya, tapi ini akan menjadi pertama kalinya dia melihat binatang suci.

Para Kardinal Kerajaan Suci dan para uskup dari pedesaan telah membicarakan apa yang mereka lihat, tapi hanya begitu saja.

Itu karena tidak ada benda suci agar binatang suci berkeliaran dan melindunginya di sini, di Istana Kekaisaran.

Hanya ada empat benda suci di seluruh wilayah Kekaisaran yang luas.

"Ibu baptis, mohon mundur sejenak."

Cedric bertanya dengan suara rendah. Kardinal mundur sekitar dua langkah tanpa pertanyaan.

Pangeran Kekaisaran memastikan bahwa semuanya tenang sebelum melepaskan sarung tangan hitam dari tangan kirinya.

- Jepret!

Dia menjentikkan jarinya dan nyala api oranye muncul di ujung jarinya.

Aurelie Boutier terkesiap.

Kemampuan anak ini sangatlah indah, tidak peduli berapa kali dia melihatnya.

Dia tahu bahwa Cedric tidak merasakan hal yang sama, tetapi dia percaya bahwa ini adalah berkah dan bukan kutukan.

Dia telah mempercayai hal itu sejak lama.

- Kresek!

Cedric mengayunkan lengannya dengan cara tertentu.

Api seukuran bunga menyebar seperti daun raksasa dan turun ke tanah.

- Shaaaaaaaaaaaa...

Api merah menyentuh rumput musim semi yang segar dan mulai bersinar emas.

Kardinal mengamati ini dengan penuh minat. Ini bukanlah reaksi biasa.

Bukannya menghanguskan rumput hijau menjadi hitam, api itu menciptakan bongkahan kuning menyerupai forsythia di udara.

Hal-hal yang tadinya tertidur bereaksi terhadap eter Pangeran Kekaisaran dan melayang.

Apa Yang Terjadi Ketika Tokoh Utama Pria Kedua Memiliki Kekuatan?Where stories live. Discover now