♡EPILOG♡

203 40 95
                                    

Sky membuka pintu mobilnya lalu menggandeng Saka. Mereka sudah sampai di area kuburan dan melangkah mendekati tempat orang itu dimakamkan. Ia menatap ke arah Saka dan menggenggamnya erat.

“Sudah siap,Saka?” tanyanya memastikan.

Ia takut adiknya ini trauma karena kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya. Kecelakaan yang merenggut kebahagiaan adiknya hingga sempat mengalami gangguan kejiwaan.

Beruntung ada gadis itu yang menemani adiknya ketika ia harus pergi dari rumah sakit jiwa. Ia merindukan gadis itu.

Langkah demi langkah mereka lalui, hingga mereka sampai. Lalu, matanya menatap sebelah utara. Ada seorang yang melangkah mendekatinya, langkah kakinya yang kecil membuatnya terlihat lucu. Apalagi bibirnya yang manyun karena tanah yang becek terkena air hujan.

Setelah melewati beberapa rintangan tadi, akhirnya ia sampai dan memeluk pinggang Sky erat.

"Hai sayang! Tadi macet ya?" tanya Sky padanya.

Senyumnya merekah menatap orang itu. Sky sempat putus asa melihat orang yang disayanginya hampir meregang nyawa.

Tidak, dia tidak bisa mengalami hal ini lagi. Sudah cukup dia melihat orang tuanya pergi untuk selamanya. Ia tidak bisa kehilangan lagi.

Wajah orang itu masih pucat, bibirnya terlihat kering. Sky mendengus kesal.

"Kamu nggak lupa minum obat, kan? Jangan lupa minum air juga loh. Mau ginjalmu bermasalah lagi?"

Orang itu cengengesan melihat Sky. Pria itu kalau ngomel, terlihat menggemaskan.

"Iya, Pak. Duh, ngomel mulu. Nanti cepet tua loh. Aku nggak mau loh ditinggal mati, mending kita nggak usah nikah," ancamnya.

Sky tersenyum lalu memegang jemarinya erat. Memang mereka tidak bisa mengendalikan umur, itu semua sudah diatur oleh Tuhan.

Tapi, ia tidak akan pernah melepaskan jemari ini. Dia pernah hampir kehilangannya. Lalu, semesta berbaik hati mengembalikannya ke pelukannya. Tidak akan dilepaskannya lagi.

Orang itu menyandarkan kepalanya di dada bidang Sky dan menghirup dalam-dalam aroma parfum pria itu. Ia selalu suka parfum yang dipakai Sky, selalu mampu menenangkannya.

Mereka menatap ke arah batu nisan itu dan tersenyum tulus. Seusai berdoa, Sky mulai menyampaikan apa yang ingin dikatakannya.

“Hai, terima kasih sudah mendonorkan ginjalmu untuk menyelamatkan Bulan. Dia memang ceroboh ya.

"Yah, meskipun ada rasa kesal karena kamu hanya ingin mempermainkan dia. Tapi, berkat kamu dia selamat. Terima kasih sudah membantu mengembalikan gadis saya.”

Gadis itu tersenyum mendengar tuturan dari Sky. Ia kembali mengingat masa-masa itu. Masa hidupnya dulu penuh dengan kekelaman dan ujungnya adalah ia menyerahkan dirinya sebagai tameng untuk melindungi pacarnya saat itu, yaitu Joy.

Tidak ada penyesalan untuk memberikan dirinya sebagai ganti nyawa cowok itu. Baginya, ia sudah cukup hidup di dunia ini. Sepertinya dunia juga tidak lagi membutuhkannya.

Cowok itu menderita juga karena dia dan keluarganya. Gadis itu tidak ingin keluarganya menderita lebih lanjut lagi, sudah cukup ia membuat orang tuanya menderita. Sekarang saatnya menyerahkan nyawanya. Begitu pikirnya waktu itu.

Ia tidak berharap akan selamat. Malah ia ingin menyudahi hidupnya saja sehingga ia sengaja mendekat ke arah Joy, setidaknya untuk terakhir kali ia ingin mendekap cowok itu. Dia sudah berjasa membuat hidupnya jadi berwarna, meskipun ada maksud terselubung tapi tidak apa-apa.

Ia sudah lama tidak merasakan hidup yang berwarna, selama ini hidupnya begitu kelabu. Mendengar dari cerita Sky, dia dinyatakan kritis dan keluarganya harus bersiap apapun yang terjadi padanya.

Peluru yang mengenai organ tubuh membuat mereka harus mencari pendonor di luar. Sayangnya, tidak ada yang bisa dilakukan.

Kondisi gadis itu semakin kritis hingga Joy datang. Dia memang masih diborgol dan ada polisi yang menemaninya. Dia dengan tulus hati memohon maaf pada Ferdi dan Gabriela, tentu meminta maaf kepada Sky juga.

Setelah itu, ia mengutarakan maksudnya untuk mendonorkan organ ginjalnya. Memang perlu dilakukan pengecekan terlebih dahulu apakah cocok dengan Bulan atau tidak. Ternyata, hasilnya cocok sehingga dia menyetujui untuk mendonorkan untuk gadis itu.

Operasinya berhasil, gadis itu sudah melewati masa kritisnya. Sayangnya, hal sebalikya terjadi pada Joy. Cowok itu kritis. Setelah itu tidak ada yang tahu keberadaannya. Dia seperti menghilang dari bumi.

Kepergian Joy membawa luka mendalam bagi Bulan, setelah tiga minggu berlalu dan ia siuman, hal pertama yang ditanyakan adalah keberadaan cowok itu. Lalu, ia menangis sejadi-jadinya.

Sky selalu menemani Bulan melewati masa suramnya. Sekarang, ia sudah hidup bahagia dengan pria itu. Bahkan, ia dan Sky sudah bertunangan.

Katanya, dia ingin menjaga gadisnya seumur hidup dan ia ingin membuat hidupnya berwarna.

Sudah saatnya hidup Bulan Faressa dipenuhi kebahagiaan, tidak ada lagi ratapan dan tangisan. Bulan berhak bahagia.

The End (Beneran)

Note:

SELESAIIII!!!!
GIMANA NIH? SENENG DONG YA?
HAPPY ENDING❤️

Akhirnyaaaaaa!
Terima kasih sudah menemani sampai tamat. Love youu!

Malang, 13 Mei 2021

I Am Not Bucin! (TAMAT)Where stories live. Discover now