♡P R O L O G♡

705 159 313
                                    

"Dari banyak insan di dunia, kenapa hatiku memilihmu?"

-Bulan Faressa-

Semilir angin membangunkan gadis itu.  Ia membuka pelan mata sembari menyesuaikan cahaya yang ada di ruangan itu.

Gadis bernama Bulan Faressa terlihat merintih kesakitan, sakit di sekujur badan, terkhususnya di bagian tangannya.

Dia mendongak dan menyadari kedua tangannya sudah terikat. Ia mencoba melepaskan diri, tetapi tidak bisa. Ia hendak melonggarkan ikatan itu, tetapi ia malah merasakan perih di pergelangan tangannya. Bulan tidak sanggup.

 Kepalanya yang berada di antara lengan yang terikat ke atas membuatnya tidak dapat mendengar suara dengan jelas.

Badan mungilnya mulai gemetar, dia sudah hampir menyerah dengan kondisi ini.

Gadis dengan rambut yang sudah acak-acakan sudah tampak mengenaskan.

Terlihat memar biru di sekujur badannya, bergerak sedikit saja ia sudah merasa perih. Rasanya habis dipukulin oleh banyak orang, terlebih lagi perasaannya yang kacau balau.

 Dia mencoba mengingat apa yang dilakukan sebelum berakhir di tempat ini. Sontak manik matanya membulat, dia ingat.

Dia ingat jika dia sedang menunggu Ayahnya yang tengah terbaring di rumah sakit, lalu cowok itu datang. Cowok yang menghadirkan Pelangi di hatinya, memperlakukannya bak ratu di kerajaan dongeng.

Bersamanya, Bulan menjadi sosok yang lebih periang dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Dia selalu menemani kemanapun gadis itu pergi, menautkan jemari dan berbagi canda tawa.

Tidak pernah Bulan merasa kesepian sejak dia hadir di hidupnya. Setiap Bulan sedih, dia akan menyempatkan waktunya untuk gadis itu, sekedar mengembalikan senyuman yang pupus.

Bulan kira dia akan menghiburnya, sekedar membuat perasaannya menjadi lebih baik, sayangnya tidak demikian yang terjadi. Bulan terisak pelan, rasa sakit di pergelangan tangannya menambah rasa pusing di kepalanya.

Gadis itu terdiam menatap sekitarnya. Ruangan kecil, lampunya tidak begitu terang. Hanya ada sebuah lampu yang sudah hampir redup, membuat ruangan ini menjadi remang-remang.

Di sudut ruangan, tampak banyak sampah berserakan. Ditambah terdapat benda putih yang dicurigai sebagai tulang manusia.

Bulan pernah melihat hal serupa dulu, sewaktu guru Biologinya, Bu Lisa, memberikan tugas mencari tahu lebih dalam tentang tulang manusia.

Ketika masih asik mengamati sekitarnya, dia dikejutkan oleh sebuah suara yang membuatnya merinding. Dia mendengar langkah kaki yang mendekat. Pintu di depannya terbuka, ada beberapa orang memasuki ruangan itu.

Pria tua yang tersenyum begitu lebar dan seorang cowok yang tidak asing di netranya. Begitu cowok itu mendekat ke arahnya, dia tersadar siapa cowok itu.

“K-kenapa kamu di sini? Tolongin aku!” Gadis itu berteriak dengan wajah memelas. Namun, dia hanya terdiam lalu tertawa.

“Menolongmu? Buat apa aku susah-susah mennyekapmu jika akan aku lepaskan, bodoh!” serunya sembari menarik rambut gadis itu dengan keras.

Cowok itu melangkah mendekati meja kecil di sudut ruangan, memegang sebuah pisau yang sudah berlumuran darah.

Melihatnya saja sudah membuat Bulan bergidik ngeri, apalagi membayangkan benda itu menancap di tubuhnya.

Setiap derap langkahnya disertai senyuman serta tawa bahagianya. Pisau itu sudah di arahkan di dekat leher gadis itu, seketika dia langsung memejamkan mata. Dengan badan yang semakin gemetar, dia kembali meneteskan air mata.

Bulan tidak lagi mengenal cowok itu, dia adalah orang yang membuat hari-harinya yang kelam menjadi berwarna.

Membuatnya merasakan detak kebahagiaan di hidupnya.  Lantas mengapa dia menjadi cowok bengis nan kasar seperti itu?  Apa yang terjadi?

“Sudah siap makan daging manusia hari ini, Pa?”

Note:

Hai! Perasaanku campur aduk ketika menulis ini. Hal yang mendominasi adalah pertanyaan akankah aku bisa menulis selama 30 hari?

/Tarik napas, disimpen.

Semoga saja bisa. Terima kasih sudah mampir di cerita ini. Cerita yang diikutsertakan dalam Fanos Writting Marathon 30 hari fanos_publisher

#fwmbatch1

Mohon dukungannya ya!

I Am Not Bucin! (TAMAT)Where stories live. Discover now