♡7: Putus ♡

162 97 143
                                    

"Aku terlena dalam kebahagiaan semu dan kamu pelakunya."

-Bulan Faressa-

Pelajaran berjalan dengan lancar, terlebih di hari pertama Bintang dan Fio sebagai ketua kelas dan wakil ketua kelas.

Hal ini menambah aura bahagia di kelas mereka, apalagi Venus.  Setiap hari mereka seperti disuguhi drama korea dengan versi yang berbeda, pemainnya adalah Bintang dan Fio.

Sekarang, mereka menunggu siapa yang akan menjadi bumbu pelengkapnya, yaitu pelakor.

Hari ini juga sama saja seperti hari sebelumnya, penghuni kelas yang menatap kedua insan itu dengan tatapan berbinar-binar seolah menantikan kejadian apa yang akan terjadi pada keduanya.

Bulan berbeda, dia mempunyai masa lalu yang kelam soal percintaan. Kisah hidupnya kelam, tidak hanya di kehidupan keluarga, melainkan di kisah cintanya. Ah, kisah persahabatannya juga sama saja kelamnya.

Dengan wajah bete, dia langsung keluar kelas begitu bel pertanda jam istirahat tiba. Perutnya sudah berdemo sejak awal kelas dimulai, padahal dia sudah sarapan di rumah.

Sepertinya julukan perut karet yang diucapkan Venus tempo hari benar adanya. Di kelas dia hanya bisa pasrah dan meremas perutnya sekuat tenaga, dia tidak mungkin ijin pergi ke toilet dan mampir ke kantin untuk mencari sesuap nasi.

Meskipun ia tahu jika trik itu sudah banyak digunakan teman-temannya. Namun, belum saatnya. Dia masih harus menjaga harga dirinya sebaik mungkin, demi taruhan yang dibuatnya bersama kedua temannya tempo hari.

Waktu itu dia dan Venus bermalam di rumah Bintang. Mereka pergi ke rumah Bintang untuk mengerjakan tugas kelompok, sayangnya mereka terjebak begitu hendak pulang.

Malam itu hujan angin menghiasi kota tempat mereka tinggal, terpaksa harus bermalam di sana. Justru Bintang dan Venus bernafas lega. Venus senang karena dia tidak harus pulang ke rumah dan Bintang senang karena bisa menghabiskan malam untuk bermain dengan mereka.

Melihat kedua temannya justru bahagia tidak pulang membuat Bulan menatap mereka bingung. Di bayangannya mereka akan menggerutu dan menyalahkan Bulan karena keasyikan mengajak mereka mengerjakan semua  soal yang diberikan, katanya lebih baik mengerjakan jauh-jauh hari biar tidak usah terburu-buru nantinya.

Mereka berdua menurut saja. Jika dipikir kembali, tidak ada yang salah dari ucapan Bulan. Semua tepat sesuai porsinya, seperti sebuah masakan sesuai dengan bumbu yang diberikan sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Seperti itu juga ketika mengerjakan tugas, harus menggunakan strategi untuk meringankan beban hidup.

Mereka kembali ke kamar Bintang dan tidur bertiga di sana. Sebenarnya bisa saja Bintang menggelar dua sleeping bag untuk Bulan dan Venus, tetapi Venus meminta hal ini. Katanya jarang-jarang bisa menginap di rumah Bintang, jadi dimanfaatkan sebaik mungkin.

Sembari menatap langit-langit kamar, mereka bertiga diam berjamaah. Hingga Venus memecah kesunyian dengan membahas topik pacaran.

“Kalian pernah pacaran?” tanya Venus penasaran.

Seorang menggeleng, seorang lagi mengangguk. Lantas, mereka menatap ke arah Bulan yang mengangguk.

“Kapan pacarannya?” tanya Bintang sambil menopang kepalanya dengan telapak tangannya dan mengatur posisi ternyaman untuk mendengarkan kisah asmara temannya itu.

Gadis yang ditanyain hanya bergumam pelan dengan tatapan yang menerawang jauh. Sepertinya kembali mencari memori yang sudah lama tenggelam atau sengaja dilupakan olehnya.

I Am Not Bucin! (TAMAT)Where stories live. Discover now