♡ 5: Siapa? ♡

193 106 149
                                    

"Lagi badmood? Makan solusinya!"
—Venus Loreilei

Bulan sudah dalam perjalanan menuju ke sekolah bersama Papinya. Ia bahkan tidak bertemu dengan Mami barang sebentar saja.

Kata Papi, Maminya itu sedang tidak enak badan sehingga lebih baik jangan diganggu dulu.

Gadis itu tersenyum kikuk, ia sungguh tidak mengerti. Baru saja ia mau memulai harinya dengan bahagia, ia sudah dihadapkan dengan situasi yang sulit.

Baginya, tidak melihat senyuman dari kedua orang tuanya itu merupakan mimpi buruk.

Setahunya meskipun Mami sakit, dia akan menyempatkan diri menemui Bulan barang sebentar saja. Ia menghela napas, berdoa semoga Mami lekas sembuh.

Suasana pagi itu cukup mendung, mendukung suasana hatinya yang tidak baik-baik saja. Ia butuh pelukan dari mereka.

Ferdi juga langsung menuju ke mobil seusai mengatakan pada anaknya untuk tidak mengganggu Gabriela.

Untuk memecah keheningan, Ferdi memutarkan lagu di radio. Mereka sudah sampai di sekolah, sudah banyak siswa yang masuk ke gerbang sekolah.

“Wah, teman-temanmu pada rajin-rajin, ya. Jam segini udah pada datang,” ujar Ferdi mencoba mencairkan suasana.

Bulan hanya tersenyum dan segera turun dari sana. Ia sedang tidak ingin diajak bercanda.

Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, hampir tidak ada senyuman yang terukir di wajahnya. Nyaris datar sedatar papan triplek.

Tentu saja hal ini membuat Venus yang baru saja masuk ke kelas menatapnya dengan heran.

“Weh, apa lagi ini? Masih pagi, loh. Udah manyun aja, Mbak.”

Bulan hanya menatapnya dan mengacungkan jempolnya. Lalu, menaruh kepalanya di atas meja.

Ia ingin memejamkan matanya hingga jam pelajaran dimulai. Bulan mencoba untuk menghemat energinya yang sudah hampir habis ini.

Venus menggelengkan kepala dan membuka kotak makanannya. Dari rumah ia sudah memasak bekalnya untuk sarapan dan makan siang.

Meskipun penampilannya yang seperti model dan tingkahnya yang luar biasa unik, dia juga mempunyai bakat memasak.

Dengan sengaja Venus mendekatkan kotak makanan ke arah Bulan, niatnya untuk membuat gadis itu menoleh dan tergoda dengan aroma sedap yang menyeruak dari sana.

Aksi Venus berhasil, perut Bulan yang sudah kenyang malah lapar lagi. Ia sudah berusaha menahan diri untuk tidak menoleh dan tergoda dengan aroma itu, dia sudah tahu ini semua akal-akalannya Venus saja.

Sayangnya, Bulan memang tidak pernah berhasil menahan godaan. Akhirnya, ia menoleh ke arah Venus dengan senyuman lebar.

“Aku lapar, kampret,” ujar Bulan yang mengundang gelak tawa Venus.

“Sudah gue duga. Enggak usah sok kalem, deh. Nih, makan bareng.”

Ucapan Venus begitu sederhana, tetapi mampu menghangatkan hatinya. Senyuman sudah mulai terukir di wajah gadis itu.

Tidak lama kemudian, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Sudah waktunya mereka mulai kegiatan belajar mengajar.

Seperti kemarin, Pak Abi masuk ke kelas dengan senyuman yang menawan. Namun, ia tidak sendirian. Ada seorang pria yang mengikuti langkahnya.

Pria dengan rambut pendek itu menarik perhatian gadis itu, ia sampai sesak napas dibuatnya. Pesona pria itu sungguh tiada duanya.

“Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama saya Sky Limantara. Saya yang akan mengajar pelajaran Kimia. Sebelum itu ada pengumuman dari wali kelas kalian, silahkan Pak Abi.”

I Am Not Bucin! (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя