CHAPTER 14

603 74 30
                                    

Author POV

Sudah tiga minggu sejak kejadian itu dan para murid mulai melihat perubahan sikap Eren. Ia tak lagi merundung atau menggertak para siswa membuat seisi sekolah terheran heran. Ia bahkan selalu mengerjakan tugas dan nilai nilainya mulai membaik sekarang. Yah, semua itu tentu saja karena ajaran sang mantan mangsa yang tak lain adalah Levi. Sejak kejadian dikelas pun para murid mulai takut pada Levi. Yah, walau banyak juga yang bersyukur kepadanya karena telah merubah Eren. Jadi para murid rendahan tak lagi mengalami pembullyan. Yah, bisa dibilang sekarang sekolah itu sudah menjadi sekolah normal seperti sekolah pada umumnya.

Sekarang sudah memasuki bulan Februari dan Eren makin sering melihat Levi melamun sambil menatap langit dari balik jendela. Kini mereka sudah berada diatap dengan bekal yang sudah Levi siapkan dari rumah untuk dirinya dan Eren. Saat makan ia pun terus memandangi langit membuat Eren heran. Setelah makanan mereka habis Eren pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Baiklah! Ini saatnya bertanya!" Batin Eren semangat.

"Levi."

"Hmmm...."

"Kau kenapa?" Tanya Eren membuat Levi menoleh menatapnya.

"Aku kenapa? Emang aku kenapa?" Tanya Levi polos membuat Eren menghela nafas gusar.

"Akhir akhir ini kau sering melamun dan hanya menatap ke langit. Sebenarnya apa yang kau pikirkan." Levi menghela nafas panjang dan kembali menatap Eren.

"Aku merindukannya...." Ucap Levi membuat nafas Eren tertahan. Siapa?

"S-siapa? Pa-pacarmu?" Tanya Eren tergagap membuat Levi menatapnya bingung.

"Lo napa gagap?"

"E,eh?"

"Nah, kan."

"E-enggak kok. Udah! Jawab aja pertanyaan gue! Rindu pacar?" Tanya Eren cepat membuat Levi terkekeh. Eren yang melihatnya hanya menahan malu sekarang.

"Bukan pacar."

"Lalu?"

"Mika..." Akhirnya Eren bisa bernafas lega. Tapi ia masih merasa janggal.

"Lo punya pacar Lev?"

"Kagak. Ngapain nanya?"

"Biar tau kalau gue ga jomblo sendiri disini." Mereka berdua terkekeh dan Eren kembali mengajukan pertanyaan setelahnya.

"Kalau rindu kenapa ga datengin aja?"

"Ga bisa."

"Lah? Napa dah?"

"Gue sibuk."

"Eleh, banyak alesan."

"Serius bego. Emang yang ngejalanin perusahaan lu siapa sekarang?"

"Hah?" Eren bingung. Bukannya perusahaannya kini berada ditangan paman Levi?

"Bukannya diurus ama paman Kenny ya?"

"Iya, tapi kadang dia kan minta bantuan gue goblok."

"O-ohh... Maaf ngerepotin." Eren menunduk. Ia merasa tak enak sudah membebani Levi.

"Gapapa. Lagian lu kan belajar tiap hari ama gue, jadi nanti yang nerusin perusahaan itu elo." Eren mengangguk dan tersenyum sambil menatap Levi.

"Makasih. Nanti pasti aku bakal bales semua perbuatanmu."

"Kok gue merinding yak? Lu mau bales yang baik apa yang jahat?"

"Yang baik lah! Kalau yang jahat mah udah impas dari lama." Mereka berdua tertawa hingga nada dering dari ponsel Levi menghentikan mereka. Levi mengambil benda pipih tersebut dan melihat nomor yang tertera dilayar.

GoodbyeWhere stories live. Discover now