CHAPTER 2

941 116 23
                                    

Author POV

Beberapa bulan berlalu sejak meninggalnya Isabel. Kini disekolah Maria tengah melaksanakan penyambutan tahun ajaran baru. Para murid berbaris di lapangan mendengar pidato dari kepala sekolah mereka. Beberapa murid sudah bosan bahkan ada yang diam diam keluar barisan agar bisa istirahat. Memang sekolah ini dikenal sebagai sekolah elit dan yang bisa masuk kesini hanya orang-orang berprestasi dan tentunya berduit. Kalaupun ia tak berduit paling dari beasiswa.

Pidato selesai dan kini para murid memasuki kelas masing-masing karena pembelajaran akan langsung dimulai.

Dikelas XII-4 (3-4) sedang riuh dengan perbincangan para murid. Tiba tiba guru mereka masuk kedalam kelas membuat kelas itu kembali senyap. Sang guru berjalan kemeja didepan kelas dan membuka suaranya.

"Selamat pagi anak anak, nama saya Erwin Smith. Saya yang akan menjadi wali kelas kalian tahun ini." Ucap Erwin sedang beberapa murid mengangguk paham.

"Oh, ya. Kalian punya teman baru. Silakan masuk nak." Ujar Erwin membuat seisi kelas menatap kearah pintu. Masuklah seorang pria berambut hitam legam dengan kacamata menggunakan baju kebesaran.

(Gitu penampilannya, tapi pinggir kacamatanya hitam. Pose masuknya ya ga gitu! Mereka make baju bebas selama seminggu. Nanti dikasi seragam baru!)

"Baiklah, perkenalkan dirimu." Ujar Erwin saat Rivaille sudah berada didepan kelas.

"Perkenalkan, namaku Rivaille Ackerman. Salam kenal semuanya." Ucap Rivaille dengan wajah datarnya.

"Baiklah Rivaille, kau bisa duduk disamping Farlan. Farlan, angkat tanganmu." Farlan mengangkat tangannya sehingga sang anak baru mengetahui posisi duduknya. Rivaille berjalan kearah meja paling belakang disamping jendela. Setelah ia duduk pembelajaran pun dimulai.

*******

Istirahat

"Namamu tadi Rivaille kan?" Tanya Farlan yang duduk disampingnya membuat ia mengangguk. Mereka berdua makan siang didalam kelas karena mereka membawa bekal.

"Salam kenal, namaku Farlan Church. Semoga kita bisa berteman baik." Ujar Farlan sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Rivaille.

"Ya, semoga kita bisa berteman baik." Ucap Rivaille sambil tersenyum kecil membuat Farlan sempat terpana. Dia pikir Rivaille orang yang sombong karena dari tadi wajahnya murung terus. Ternyata manis juga.

Mereka melanjutkan makan mereka diselingi beberapa percakapan random, mulai dari bangunan sekolah, guru galak, sampai pelajaran matematika yang sangat sulit. Sepertinya mereka sudah akrab. Mereka sudah menghabiskan makanan masing-masing dan istirahat masih tersisa 15 menit lagi.

"Hei Farlan?"

"Ya? Kenapa?"

"Kau kenal gadis bernama Isabel?" Farlan melebarkan matanya. Ia tertunduk dan raut wajahnya langsung murung.

"Kenapa kau bertanya?"

"Aku ingin bertemu dengannya."

"Kau tak akan bisa bertemu dengannya..."

"Kenapa?"

"Dia sudah meninggal beberapa bulan lalu...."

"Begitu..."

"Memang kau siapanya?" Tanya Farlan sambil menatap Rivaille lekat.

"Pacarnya..."

"Hah?!" Pekik Farlan membuat Rivaille terkekeh kecil.

"Bercanda, aku kenalannya doang."

"O, oh... Begitu...."

"Kayaknya ada yang cemburu nih."

GoodbyeWhere stories live. Discover now