lima puluh lima

1.2K 92 5
                                    

[ CHAPTER 55 pengakuan ]

Kiara menghempaskan tubuhnya ke kasur, saat ini ia tengah berada di rumah Azka, lebih tepatnya di kamar Azka.

Kiara menghembuskan nafas panjang, jujur saja dadanya masih terasa sesak akibat tembakan satu bulan yang lalu.

Ngomong-ngomong tembakan, ia jadi ingat Amanda,,,

"Apa Amanda udah nikah sama Derry?" Gumamnya sambil menatap langit-langit kamar Azka.

"Pastinya udah," lanjutnya sambil menghembuskan nafas kasar.

Kiara mengernyitkan dahinya, lalu kepalanya ia geleng-gelengkan beberapa kali.

"Kenapa gue jadi mikirin dia, sih?" Ujarnya sambil merubah posisinya menjadi duduk.

Kiara menghela napasnya dan beranjak dari tempatnya, gadis itu berjalan menuju balkon kamar Azka.

"Hm, sejuk," gumam Kiara sambil memejamkan matanya dan menghirup udara sore hari yang sangat sejuk.

Tak lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki dari arah belakang. Kiara tak menghiraukannya, gadis itu masih memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

"Ngapain?" tanya Azka sambil mengusap kepala Kiara dengan lembut.

Kiara membuka matanya dan menoleh kearah lelaki itu.

"Berak," balasnya dengan suara yang lembut dan tak lupa senyuman manis yang menghiasi wajah cantiknya.

Azka ikut tersenyum,
"Masya Allah," ujarnya.

Kiara melunturkan senyumannya dan menatap Azka dengan kesal, Kiara mengalihkan perhatiannya dari Azka, gadis itu menatap kebun buah-buahan yang ada di depan balkon kamar Azka.

Azka terkekeh sambil menyenderkan punggungnya di kaca jendela, kedua tangan lelaki itu di masukan kedalam kantong celana, tatapannya masih tertuju kearah Kiara yang tengah menatap ke depan.

"Nggak suka Senja, sukanya Kiara," sahut Azka sambil terkekeh dan menatap awan yang terbalut warna orange.

Kiara berdecak,
"Apasih nggak nyambung!"

Lagi-lagi Azka terkekeh.
"Sama, kaya hubungan aku sama kamu. Nggak nyambung."

"Sambungin, dong," balas Kiara tanpa menoleh kearah Azka yang saat ini tengah menatapnya.

"Emang udah siap di sambungin?"

"Apanya?" Kiara mengernyitkan dahinya dengan bingung sambil menatap Azka.

Azka membuang muka sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Nggak, lupain aja."

Kiara hanya mangut-mangut dan menatap kembali kedepan.

Beberapa menit hening, keduanya sama-sama bungkam.

Kiara menghembuskan nafasnya dengan gusar.

"Ka," panggil Kiara.

"Kenapa?" tanya Azka sambil mengusap kepala Kiara dengan lembut.

Bukannya menjawab, Kiara malah menyenderkan kepalanya di bahu Azka.

"Aku cape," balasnya sambil memejamkan matanya.

Azka menaikan satu alisnya.
"Kenapa?"

Kiara menghela napasnya lalu gadis itu menggelengkan kepalanya sebanyak dua kali.

"Ka, aku bohong," ujarnya membuat Azka mengerutkan keningnya.

"Bohong?"

Kiara menganggukan kepalanya dengan cepat.

Kiara || Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang