Empat puluh delapan

1.2K 112 35
                                    

[ CHAPTER 48 PERGI? ]

saya bukan milih pergi, tapi saya tau diri kalau saya harus pergi.

~Kiara~

Hening, tak ada yang memulai percakapan.

Kiara Masih setia menatap keluarganya satu persatu, napasnya yang mulai melemah itu ia tahan sekuat tenaga, ia tersenyum, akhirnya penderitaannya selama ini akan berakhir.

"M-maaf," ucap Kiara dengan napas yang tersengal-sengal.

"Sayang," panggil Rachel dengan kedua pipi yang sudah dibanjiri oleh air mata.

Kiara tersenyum manis menatap Rachel, ia sangat rindu dengan bundanya itu.

"B-bun, K-ki-a b-ol-eh min-ta se-sua-tu?" Rachel menganggukan kepalanya dengan antusias, wanita itu menggenggam erat tangan dingin milik Kiara.

"K-kia, pe-ngen d-i pe-luk," semua orang mengalihkan pandangannya dari Kiara, mereka tidak ingin melihat Kiara yang sangat terpuruk.

Rachel dengan sigap memeluk tubuh kurus Kiara, air matanya mengucur deras melalui sudut matanya.

Kiara tersenyum dan menikmati pelukan hangat dari Rachel, ia sangat senang bisa dipeluk oleh bundanya, meskipun untuk terakhir kalinya.

"Kamu harus sembuh, sayang." Ujar Rachel sambil mengelus kepala Kiara dengan sayang.

Kiara menggelengkan kepalanya dengan lemah, bibirnya melengkung kebawah.

"K-kia, ca-pek!"

Rachel dan Rianti spontan menggelengkan kepalanya dengan isakan tangisnya yang memenuhi ruangan itu.

"Kia, Mommy tau kamu kuat, sayang, kamu harus sembuh!" Air mata Kiara mengalir begitu saja melewati pipinya, bibir berwarna putih pucat itu ia tutup rapat-rapat agar isakan tangisnya tidak terdengar di hadapan keluarganya.

"B-bang," panggil Kiara kepada ketiga abangnya, Gavid, Nathan dan Farel menghampiri Kiara dengan air mata yang sudah berada di kedua pipinya.

"Kenapa sayang? Kamu mau apa?" tanya Gavid sambil mengelus tangan Kiara yabg terbebas dari infusan.

Kiara menggelengkan kepalanya dengan lemah, napasnya yang mulai tidak beraturan itu sangat menyulitkannya untuk berbicara.

"T-tolong, j-jaga mere-ka," balas Kiara sambil menatap keluarganya.

Farel menahan isakan tangisnya.
"Kita jaga bareng-bareng, ya." Kiara menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak setuju dengan usulan Farel.

Azka membalikkan badannya membelakangi Kiara, lelaki itu Sangat terpuruk ketika melihat Kiara yang menjatuhkan air matanya.

Air mata lelaki itu sudah mengalir begitu saja, sangat sulit untuk menahan air matanya agar tidak menetes barang sedikitpun.

"K-kia se-neng ba-nget kal-ian ting-gal bar-re-ng," kata Kiara dengan napas yang semakin melemah, tangan kanannya meremas dadanya, letak jantungnya.

Nathan menggelengkan kepalanya dengan antusias, lelaki itu sudah tidak bisa menahan isakan tangisnya.

"Hiks, kita bakal hiks tinggal bareng, Kia!" Ujarnya dengan isakan tangisnya yang begitu pilu.

Kia menggelengkan kepalanya.
"Ja-jangan na-nangis!" tegur Kiara sambil mengusap air mata Nathan yang berada di kedua pipinya.

Nathan hanya mengangguk dan menggenggam tangan kiri Kiara.

Kiara || Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang