Her Secret - 20

1K 104 6
                                    

"Cantik banget anak lo Tif." Kai melihat Nirvana, anak Latifa yang ada di gendongan wanita itu. Setelah mempersilahkan Kai dan Al masuk, Latifa menggendong bayinya yang tadi tertidur di kamar.

"Banget, mirip Lafita." Al tersenyum kecil. Ia memandangi bayi berumur seminggu itu. Masih terlihat sedikit merah di beberapa bagian.

"Mau gendong Al? Biar nular." Latifa terkekeh geli menawarkannya.

"Ah, Alsava udah isi. Umurnya baru satu bulanan." Kai menyahut, ia meminum jus yang baru saja disediakan.

"Loh? Beneran lo Kai? Nggak kabar-kabar, pantes aja muka Al agak beda. Ternyata lagi hamil." Latifa menyerahkan anaknya di gendongan Al.

"Maunya sih ngabarin Tif, tapi lagi sibuk sama calon baby. Banyak yang perlu dibutuhin, maklum orang tua baru." Kai mengusap kepala anak Latifa. Bayi itu terlihat tenang saja saat digendong oleh Al.

Kai benar-benar kagum, ia merasa jika telah jatuh cinta pada Al kesekian kali saat melihat aura keibuan dari istrinya.

"Ah santai aja Kai, yang paling penting nutrisi buat janinnya. Jangan sampai Al stres itu paling penting." Latifa tersenyum melihat Al yang memandangi bayinya. Ia memang melihat perubahan diri dari wanita itu.

Sebelumnya Al tidak seperti ini, sepertinya Kai benar-benar merubah pribadi dari Al.

"Ada rencana nggak nanti anak kita di jodohin." Kai terkekeh geli.

"Duh, punya besan kayak elu sih ogah Kai." Canda Latifa, sudah jaman apa ini. Emangnya jaman dulu yang anaknya dijodoh-jodohkan?

"Ya, 'kan siapa tau anak lo suka sama anak gue." Kai mengusap kepala Al. "Iya 'kan sayang? Kamu keberatan nggak kalau besanan sama Latifa?"

Al tersenyum kecil. "Nggak usah ah dijodoh-jodohin, tapi kalau mereka jodoh beneran ya nggak apa-apa."

Kai dan Latifa terkekeh geli.

"Lagian ya, belum tau anak lo laki-laki atau perempuan Kai. Kalau misal cewek. Kayaknya batal deh, cuma lain lagi kalau misal lo mau punya anak lagi. Gue sama ayahnya Nirvana juga program buat adiknya Nirvana."

"Gue juga rencana kayak gitu setelah si baby lahir." Kai mengusap pundak Al. "Maunya sih anak lima." Kai mengaduh saat Al mencubit pinggangnya.

"Duh Kai, itu istri lo kali. Anak dua juga udah cukup. Kalau banyak anak nanti lo gak bisa mesra-mesraan sama istri lo." Latifa menggeleng. "Iya 'kan Al? Apalagi Kai yang manja gini pasti gampang ngambekan."

Al mengangguk mantap. "Bener, dua anak juga udah cukup."

"Kamu nggak mau anak kembar, sayang?" Kai berlagak sedih.

Al menaikkan bahu tak peduli. "Tuhan kasih apa, pasti aku terima." Kemudian ia tersenyum. Setelah itu ia agak panik karena Nirvana menangis. Sepertinya bayi ini haus.

"Oh sayang, kamu haus ya? Seneng banget tadi di gendong aunty Al." Latifa segera menerima anaknya.

"Nirvana bakal seneng, bentar lagi punya temen dari aunty Al." Latifa menepuk-nepuk pantat Nirvana. "Gue kasih asi dulu ke Nirva ya. Kalian tunggu sebentar."

"Gue sama Alsava juga mau pamit kok. Belakangan ini Al gampang lelah, jadi harus banyak-banyak istirahat." Kai dan Al bangun dari duduknya, ia ingin berpamitan.

"Loh? Serius? Kok cepet banget. Yaudah nggak apa-apa, Al cepet sehat ya. Trimester pertama emang bikin badan kita aneh, tapi bakal lebih baik setelah trimester selanjutnya. Makan makanan yang bergizi. Siksa aja si Kai kalau ngidam." Latifa tertawa.

"Ah lo." Kai berdecak. Membuat kedua wanita itu tertawa.

***

"Kami sudah menangkap Pradana, namun pak Abhi melarikan diri sehingga dia menjadi buronan." Darian menjelaskan saat berada di kantor Kai.

Her Secret [COMPLETE]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt