Her Secret - 15

1.2K 114 5
                                    

"Dia ngajak ketemu aku lusa nanti, kamu ijinin 'kan? Aku udah bilang papa Nevan soal ini. Sebenarnya papa agak nggak setuju aku berhubungan sama dia. Tapi aku penasaran, apa yang dia inginkan. Kenapa bisa dia bilang kalau orang tuaku masih ada."

Kai mengusap wajahnya kasar, dilihatnya Al sudah terlelap di tempat tidur. Sekarang sudah menunjukkan pukul dua pagi, sudah seharusnya ini merupakan jam tidur.

Sebenarnya Kai sudah mengetahui sosok Pradana ini, bahkan sudah jauh sekali sebelum ia menikah dengan Al. Ia sudah memperingati Pradana untuk tidak berdekatan dengan Al, namun kenapa pria itu secara tiba-tiba muncul dikehidupan istrinya?

Kai tidak ingin Al mengetahui rahasianya sendiri. Ini sepertinya belum waktu yang tepat untuk memberitahu soal itu.

Pria itu menghela napas pelan, ia berjalan ke tempat tidur setelah sebelumnya berada didepan jendela kamar yang menunjukkan langit malam yang indah dengan taburan bintang.

Suara derit pelan tempat tidur membuat Al terbangun sedikit. Ia melihat Kai sedang menyandarkan punggungnya, terlihat jika suaminya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Kok belum tidur?" Tanya Al sembari menguap kecil, ia melihat Kai tersenyum manis padanya.

"Iya, ini tidur." Pria itu merebahkan tubuhnya, kemudian mendekatkan dirinya pada Al. Tangannya mengusap pipi Al.

"Lagi mikirin apa? Kayaknya lagi banyak beban pikiran." Al bertanya, tangan Kai yang mengusap pipinya tadi ia genggam dengan tangannya.

Kai menggeleng, mana mungkin ia memberitahu apa yang sedang ia pikirkan?

"Aku cuma mikir, kita rencana punya anak berapa ya? Mau kita punya anak lima?" Kai terkekeh.

"Sebelum nikah kita udah sepakat punya anak dua!" Al mendengkus sinis, rasa kantuknya perlahan menghilang karena digantikan dengan rasa kesal.

Kai tertawa melihat raut kesal istrinya. "Tapi kamu liat sendiri, aku sama kak Keivard dua bersaudara. Rumah terasa sepi. Kalau ada lima saudara 'kan rumah pasti rame."

"Nggak, dua anak aja." Al memunggungi Kai, ia akan melanjutkan tidurnya. Berdebat dengan Kai di pagi buta sangat tidak menyenangkan. Kejadian ini persis seperti dulu saat ia berjumpa dengan Kai pertama kali.

"Iya-iya dua anak aja." Kai memeluk perut Al dari belakang. "Udah dong, jangan dikasih punggung suaminya ini." Bujuknya.

Al tetap berada diposisinya, tak mempedulikan Kai yang berusaha membujuknya.

"Alsava," Kai mencium cuping telinga Al. "Sayangku," ia masih tetap melakukan hal yang diinginkannya. Sedangkan Al menahan kegeliannya, bahkan ia sudah ingin tertawa geli.

"Ih, iya-iya berhenti. Aku geli." Al tersenyum kecil, kemudian membalikkan tubuhnya.

Kai tersenyum manis. "Mari kita realisasikan dua anak yang kamu maksud." Pria itu mulai melakukan hal yang seharusnya dilakukan.

***

"Bagus nggak aku pilih rumahnya?"

Al berdecak kagum karena melihat gaya rumah minimalis namun mewah yang sudah di beli Kai beberapa bulan sebelum mereka menikah.

"Bagus, aku suka." Al masih melihat spot menakjubkan dirumah ini.

"Sore ini kita pindahan, malam ini udah tidur disini." Kai merangkul pundak istrinya.

"Oh ya? Tapi sebelum nikah aku udah packing barang-barang di Apartement. Barangku juga cuma dikit."

Kai mengusap sayang rambut istrinya.

Her Secret [COMPLETE]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora