51. WAKTU SELANJUTNYA

16 3 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

....

SEMOGA KAU SENANG

***

“Makan siang dulu, Ndri,” kata mas Wawan ke aku yang tengah fokus ke layar komputer.

“Eh, Mas,” kataku yang sedikit terkejut. “Duluan aja, ini tanggung banget,” lanjutku sambil terus melihat ke layar komputerku.

“Ya, udah, gue duluan, ya?” katanya lagi yang kemudian Ia berjalan keluar ruangan, dan akan menuju kantin.

Aku sejak awal masuk kantor waktu itu, sudah menanamkan bahwa aku akan bekerja keras di sini. Semaksimal yang aku bisa. Terlebih, ini adalah masa training-ku, aku benar-benar harus menunjukkan etos kerja yang baik. Yang semoga dengan itu dapat menghantarkanku pada tandatangan kontrak dalam jangka panjang di perusahaan ini.

Aku juga sadar, bahwa banyak sekali orang yang sangat-sangat membutuhkan pekerjaan. Dan aku yang sudah, harus memaksimalkannya. Ini semua juga untuk ibuku, untuk adikku, keluargaku.

Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Terlebih, mungkin kesempatan ini tak datang dua kali, bisa berkesempatan training di perusahaan sebesar ini. Apalagi, jika melihat latar belakang pendidikanku yang hanya seorang fresh graduate sekolah menengah atas.


••••


Hingga pada akhirnya, di akhir masa training-ku, setelah tiga bulan menjalani itu, aku dipanggil ke ruang pak Agus, sekitar jam 10. Dan, ku tau, ini adalah saatnya keputusan aku akan resmi bekerja di sini atau malah out dari kotor ini.

“Silahkan duduk,” kata pak Agus mempersilahkan aku duduk.

Kemudian aku duduk dihadapannya, di bangku yang ada di depan mejanya.

“Nih!” katanya lagi kemudian, sambil menyodorkan sebuah map dokumen berwarna biru.

“Ini apa, pak?” tanyaku.

“Baca, lah!”

Kemudian aku membuka map itu dan lalu mulai membacanya perlahan.

Kemudian aku tahu isi surat itu, ketika membaca pada bagian atasnya, yaitu tulisan;

SURAT KONTRAK

“Jadi saya di terima di perusahaan ini, pak?” tanyaku kemudian.

Pak Agus tak langsung menjawab, ia tersenyum dulu ke aku.

“Kalau udah baca semuanya, tinggal di tandatangani,” katanya kemudian sambil menyodorkan sebuah pulpen ke arahku.

Aku terus membaca surat kontrak itu, di situ, juga tertera besaran gaji bulananku yang aku rasa cukup besar.

“Ini gajinya gak salah, pak?” tanyaku setelah membaca pada poin kontrak yang berisi hal-hal mengenai gaji bulananku.

“Kenapa? Mau dikurangi?” tanyanya balik.

“Jangan, pak, jangan! Hehehe.”

Dengan gaji itu, gaji yang ku rasa cukup besar, yang aku tak bisa katakan nominalnya ke kamu, aku rasa itu sudah cukup untuk aku menghidupi keluargaku, yaitu ibu dan Sena. Juga, aku bisa meminta ibu untuk tidak lagi membuka warung, jadi, biar aku saja yang menjadi sumber penghasilan keluarga. Ibu cukup merawat Sena, merawat rumah, juga merawat dirinya agar penyakitnya tidak muncul lagi.

Terlebih, itu juga sebagai tanda baktiku ke ibu sebagai anaknya. Juga sebagai timbal balik dari apa yang telah ibu berikan ke aku selama aku berada di dunia di dekatnya ini.

Setelah membaca dengan seksama setiap poin yang ada di perjanjian kontrak itu, aku kemudian menandatanganinya.

Dan, sekarang aku telah resmi menjadi karyawan di PT.CIPTA PRIMA JAKARTA, dengan durasi kontrak tiga tahun dan ada opsi perpanjangan di setiap akhir masa kontrak yang berlaku itu.

SATYANA: Di Cerita AndriWhere stories live. Discover now