16. Titipan Papa

146 102 144
                                    

Ceklek!

Pintu ruang rawat Sam terbuka. Sam menoleh, ia terheran-heran melihat Nico tengah berdiri di ambang pintu.

Nico terdiam. Hatinya serasa remuk melihat sepupunya terbaring lemah dengan infus di tangannya, serta alat bantu pernapasan yang menutupi hidungnya.

"Kenapa lo?" Tanya Nico maju menghampiri Sam setelah terdiam di ambang pintu cukup lama. Sam hanya tersenyum.

"Lo kan tau." Kata Sam. Ia lalu mengambil majalah di samping tempat tidurnya lalu membacanya.

"Sekarat? Ini yang lo bilang sekarat?" Tanya Nico geram. Sam hanya mendengus.

"Lo tau ga sih bahasa lo itu aneh?" Nico emosi dengan Sam. Harusnya Sam lebih jelas mengatakan jika dia sakit!

"Lo bisa kan bilang 'gue sakit' dan jangan 'gue sekarat'? Omongan itu doa anjir!" Sam mengalihkan tatapannya dari majalah, dan memandang Nico malas.

"Gue gabisa ngasih tau Ella. Dia gamau ngomong sama gue." Tatapan Sam lalu kembali pada majalah yang ia pegang.

Nico mondar-mandir di depan tempat tidur Sam. Apalagi ini?

"Ya lagian lo ngapain? Udah tau sakit masih sempet selingkuh!" Nico berkacak pinggang di hadapan Sam.

"Gue ga selingkuh."

"Terserah. Terserah lo nyebutnya apa. Intinya Ella liat lo berdua-duaan sama istri Juna." Kata Nico. Ia tekankan kala ia mengucap kata istri.

"Bertiga." Balas Sam singkat.

Nico lalu menarik kursi ke samping Sam. Ia duduk disitu. Tangannya ia gunakan untuk mengusap wajahnya yang berkerut akibat emosi.

Sam tidak peduli. Toh, dia memang tidak selingkuh.

"Bonyok gue mana?" Tanya Nico kemudian.

"Pergi." Balas Sam.

"Ya gue tau, kalo gaada disini berarti pergi. Yang gue tanya.... kemana mereka, Sam?" Sam hanya menaikkan kedua bahunya tanpa memandang yang bertanya sedikitpun.

Nico menarik nafas panjang. Susah sekali bicara dengan sepupunya ini.

"Ella marah sama gue, udah seminggu kita berdua diem-dieman." Kata Nico. Sam meliriknya lagi. Sebentar. Lalu kembali kepada majalahnya.

"Sama." Ucapnya kemudian.

"Kalau mereka jadian gimana?" Tanya Nico khawatir. Sam kembali menatap sepupunya itu. Raut wajah Nico benar-benar menampakkan raut wajah khawatir. Amat, sangat, khawatir.

"Gatau."

★★★

Kevin pulang. Ia terkejut ketika masuk kedalam rumah. Ia melihat adiknya tengah berduaan dengan orang yang sepertinya ia kenal. Dengan ragu, Kevin tepuk pundak orang itu.

"Juna?" Tanya Kevin. Juna berbalik. Ia terkejut.

"Ka Kevin?" Kata Ella dan Juna bersamaan.

"Lo... Ngapain disini berdua sama adek gue?" Tanya Kevin lagi.

"Belajar kak, dia minta gue ajarin pelajaran sekolah tadi." Balas Ella sambil menunjukkan buku-buku pelajaran milik Juna.

"Kok lo bisa kenal Juna ka?" Tanya Ella kemudian.

"Waktu gue pergi ke Singapore, ke tempat papa, kebetulan gue ketemu dia di bandara. Eh ternyata dia anak temen papa."

"Oh, jadi Ella anaknya pak Adi juga?" Tanya Juna, dengan cepat Ella dan Kevin mengangguk. Tanpa Ella dan Kevin sadari, Juna menyeringai.

SemestrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang