Prolog

632 268 370
                                    

"Selagi kau masih kejar bahagia
Belumlah siap kau berbahagia
Biar pun milikmu segala kesayangan
Selagi kau masih keluh kesah ada yang lepas
Tiada tenang kala hendak gapai tujuan
Belumlah tahu engkau makna kedamaian
Kau lepaslah segala keinginan
Kau lupakan hasrat,
jangan sebut nama kebahagiaan
Maka segala gelegak dunia takkan
hempaskanmu
Dan damailah jiwamu"

-Hermann Hesse-

★★★

"Hachim!" Ella bersin. Bedak yang berhamburan di wajah masuk kedalam lubang hidungnya yang kecil. Nico terus menertawainya.

Ella selalu lebih payah dari Nico dalam segala jenis permainan. Ah, ralat, dalam segala hal. Nico selalu lebih hebat dalam hal apapun. Ella akui itu. Yah, meskipun ia tidak begitu payah.

Lihatlah! Seperti saat ini, berserakan bedak tabur di wajahnya. Hukuman atas kekalahannya bermain monopoli bersama Nico.

Sudah lima kali bermain, lima kali pula Ella kalah dari Nico. Alhasil, hidung kecil nan peseknya itu tak berhenti digelitik butir-butir bedak gatal. Ella terus bersin.

"Hachim! Udah ah, Nic, gue gamau main lagi! cape gue kalah mulu!" Katanya.

"Ah, Lo mah kebiasaan nyet! Lo yang ngajak, Lo juga yang minta udahan!" Balas Nico kacau. Ia sudah menduga Ella pasti akan bertingkah seperti itu.

Tapi tetap saja, seperti biasa, Nico mengalah. Tak masalah untuk terus menurut pada perempuan, karena mereka ratunya, pikirnya.

Ella terkekeh. Sambil membereskan kertas dan uang mainan yang satu set dengan papan monopoli itu, Nico berdecak.

"Ngeselin dodol!" Kata Nico kemudian. Ella meliriknya dengan alis berkerut. Ia lalu memanjangkan bibir bawahnya, mengumpulkan jemari tangan kirinya menjadi satu lalu membuka-tutup kumpulan jemari itu berulang kali sembari mengulang perkataan Nico menggunakan vokal i.

"Ngisilin didil" ledek Ella padanya.

"Gausah maju-maju bibirnya! Minta dicium lo?" Tanya Nico lebih seperti ancaman. Ella bergidik.

"Dasar mesum! Am-" mulut Ella mengatup akibat pintu yang tiba-tiba terbuka sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Cklek!

"Eh, em, sorry ganggu," pintu kamar Nico terbuka menampilkan sosok tinggi tegap dengan kulit bersih menyembul dari balik pintu. Ia tergagap seperti sedang mendapati pasangan yang tengah bercumbu. Ia buru-buru menutup pintu yang dibukanya kembali.

"Loh, kok bisa ada dia?" Tanya Nico pelan. Cukup pelan di telinga Ella.

"Siapa itu?" Tanya Ella,

"Samuel, kakak kelas kita, sepupu gue." Terang Nico padanya. Ella tidak berhenti memanyunkan bibirnya membentuk huruf o tanpa suara.

"Ganteng banget anjir!" Kata Ella. Dengan wajah yang masih penuh dengan bedak yang belepotan. Ia mendadak berdiri. Ia lalu berlari keluar kamar Nico.

"Samuel!" Teriaknya kencang. Cukup sukses untuk menyakiti telinga Nico. Nico berdecak kesal.

Beberapa bulan yang lalu pria ini sukses membuatnya sangat marah, lalu kini, Samuel datang di kehidupan sahabatnya? Nico yakin, nanti pasti akan terulang kemarahan yang sama pada Sam.

Ah. Mengingat Ella yang sangat keras kepala membuat Nico menyerah sebelum berperang. Ella pasti tak akan pernah mau Nico perintahkan untuk menjauh dari Sam.

Nico tersadar dari lamunan yang terus menghantuinya. Tanpa Ella tau, Nico tersenyum naas melihat awal mula nasib buruknya. Pesona Samuel adalah bencana untuknya. Samuel gila itu! Dia selalu yang paling pandai merebut hati wanita.

note: semua bentuk komentar dalam paragraf yang hilang merupakan sebab hasil revisi.

alur tetap sama, cara jalan cerita yang berbeda.

tysm,
owa.

SemestrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang