14. Pacar Juna

164 122 140
                                    

Malam telah tiba, mereka sudah kembali dari Bogor setelah mengalami kejadian tak mengenakkan. Ella tengah menunggu Juna yang tak kunjung tiba di rumahnya. Entah mengapa, Ella sangat ingin menceritakan semuanya pada Juna.

Saat ia tengah merebahkan tubuhnya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Tanda kalau ada telepon masuk.

Drrt... Drrttt...

"Halo Jun?" Tanya Ella spontan tanpa melihat nama penelepon.

"Sayang, ini aku," ia sangat terkejut saat bukan suara Juna yang ia dengar, itu suara pacarnya, Sam.

Buru-buru Ella matikan sambungan teleponnya. Oh, astaga. Sungguh, ia tak ingin mendengar suara siapapun selain Juna saat ini. Termasuk Nico. Karena hanya Juna yang tak membohonginya, tak menyembunyikan apapun darinya. Bagaimana bisa, orang sebaik Juna begitu tidak disukai sahabat-sahabatnya?

Bagaimana mungkin mereka menyembunyikan rahasia yang entah apa itu selama bertahun-tahun hanya karena Sam, pacarnya sendiri yang melarangnya? Apa itu karena mereka teman setongkrongan?

Ella tengah sibuk pada pemikirannya saat satu lagi telepon masuk ke ponsel Ella.

Drrt... Drrttt...

Lagi-lagi Ella langsung mengangkatnya tanpa memperhatikan alamat penelepon.

"Halo Jun?" Tanya Ella, berharap sapaannya tak meleset kali ini.

"La, gue mau ke rumah lo boleh?" Tanya Nico. Ah, anak ini.

"Ga!" Balas Ella ketus. Terdengar suara helaan nafas Nico.

"Gue mau ngomong sama lo onyet!" Rayu Nico lagi.

"Apa? Ngomong disini aja," balas Ella. Mendengar suara Nico saja Ella malas, apalagi bertemu.

"Hm, yaudah besok aja sekalian gue jemput lo berangkat sekolah," Jawab Nico. Bukannya Nico tak mau bicara di telepon dengan Ella. Tapi alangkah lebih baik menenangkan perasaan gadis itu dengan cara bertemu langsung.

Ella teringat sesuatu. "Nic, kenapa Sam keliatan pucet gitu ya kemaren? Trus lo liat ga sih, geraknya tuh lemes banget, ga kaya Sam biasanya!" Ucap Ella spontan.

"Bes-" baru saja ia hendak menjawab pertanyaan Ella, gadis itu sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Eh, Juna udah dateng! dah, Nic!" Ia hendak mengakhiri sambungan telepon itu. Tentu saja ia sangat kesal. Lagi-lagi Juna, lagi-lagi Juna.

"Ck! Huft, oke, night!"

Sambungan terputus tanpa balasan atas ucapannya. Ella segera keluar untuk menghampiri Juna.

Rambutnya berkibar kala angin malam meniupnya. Ia melambai pada Juna. Juna balas melambai lalu tersenyum.

"Gimana?" Tanya Juna.

Ella bingung. Gimana? Gimana apa Jun?!

"Hah? Gimana?" Tanya Ella dengan ekspresi bingung yang dihayatinya.

"Selingkuh ya?" Tanya Juna. Ella kaget. Matanya langsung berkaca-kaca. Ia menangis. Ia sedih menerima kenyataan kalau orang yang sangat ia sayang menduakan cintanya.

Juna spontan memeluk Ella.

"Cup, udah jangan nangis! Gue cuma nanya, jalan buat gue udah kebuka apa belum, kan kemaren kata lo...." Kata Juna sambil mengingat perkataan Ella kala itu.

"Baru juga gue mau mastiin pacar gue selingkuh apa engga. Soalnya gue ngerasa ada yang beda. Jangan sekarang."

"Lo mau cerita?" Tanya juna lagi. Ella mengangguk membalasnya.

SemestrialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang