28. ✓

11.4K 1.1K 8
                                    


"BangSat ayolah anterin gue!" Adelin terus merengek pada Satria, namun cowok itu tak peduli sama sekali dan sibuk bermain ponsel sambil berbaring di sofa memunggunginya.

Satria melirik sinis kearah Adelin, "Nggak usah sok akrab, gue masih marah sama lo,"

Satria masih marah pada Adiknya itu.

Adelin cemberut hanya karna kolor frozen miliknya Adelin buang, dia sampai marah dan tak mau bicara dengannya sampai hari ini, "Padahal itu kejadian kemarin ihh!"

Satria mencibir dan langsung melengos tak peduli, beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Adelin yang sedang menggerutu dan memaki dirinya.

Adelin membuka gerbang rumahnya tak lupa menutupnya kembali, tujuan gadis itu sekarang adalah kerumah Sesil, dia harap Sesil sedang ada di rumah dan tidak sedang bertelepon dengan Nino atau keluar dengan cowok itu. Dia ingin mengajak Sesil untuk jalan-jalan menemani dirinya, sebenarnya dia bisa saja pergi sendirian tapi gengsi dong masa gadis se-cantik dan se-imut dirinya ini harus pergi sendirian nanti jika dia bertemu dengan salah satu mantannya gimana? Nanti pasti mereka akan meledeknya karna masih jomblo.

Adelin menendang-nendang udara dengan kesal. Kini dia sedang dalam perjalan pulang kerumah, tadi dia memang kerumah Sesil namun kata Ardan-adiknya bahwa sang Kakak barusan keluar di jemput sang pacar, kesal? pake banget malah.

"Gue sendiri aja deh jalan-jalannya!" putusnya.

Adelin masuk kembali kedalam kamarnya untuk siap-siap dan juga mengambil dompet serta kunci mobil, sebenarnya dia bisa saja pergi bersama sang Bunda namun Ranti masih di Bandung dan akan pulang besok.

"Nge-mall enak kali ya? Sekalian me time," gumamnya sambil mengendarai mobil.

Adelin sampai, memperbaiki tatanan rambutnya sebelum turun dari mobil.

Beberapa menit berlalu dan Adelin habiskan hanya dengan berjalan menyusuri mall, bingung sendiri ingin ke mana dan pada akhirnya pilihan Adelin jatuh pada timezone. Andai saja dia punya adik pasti dia tak akan kelihatan se-jones ini, sebenarnya Dirga bisa saja membuatkan adik untuk Adelin dan Satria namun kedua anaknya itu menolak dengan alasan.

"Kita berdua ngak mau adik, malu dong Yah! Kita udah dewasa gini masa punya adik. Ayah sama Bunda nunggu Cucu dari Satria sama Adelin aja." begitu kata BangSat yang di angguki setuju oleh Adelin.

Saat asik berjalan hendak menuju Timezone langkah Adelin terhenti dengan mata melotot bahkan matanya sampai ingin keluar dari tempatnya, di depan sana ada Kafka yang sedang tertawa riang dengan seorang gadis yang tak Adelin kenali.

Hal yang membuat matanya melotot bahkan sampai ingin keluar karna hari ini, jam ini, saat ini, ekslusif dia melihat Kafka tertawa riang untuk yang pertama kalinya bahkan dia belum pernah melihat Kafka tertawa riang seperti itu saat bersamanya. Melihat itu Adelin merasa miris pada dirinya sendiri saat bersamanya Kafka hanya memasang wajah datar bahkan tak pernah berbicara jika tak di pancing terlebih dahulu.

Adelin tersadar kemudian cepat-cepat mengambil masker dalam sling bag-nya dan tak lupa menarik tudung hoodie yang ia kenakan. Kini tujuannya sekarang adalah membuntuti Kafka bersama gadis yang belum dia ketahui siapa namanya, Timezone bisa kapan-kapan sekarang dia akan alih profesi jadi mata-mata lebih dulu.

Adelin bersembunyi dibalik salah satu manekin, kepalanya menyembul untuk melihat apa yang sedang dua orang itu lakukan.

Disana terlihat Kafka yang sedang mengomentari baju yang baru saja gadis itu pilih, kini untuk yang kesekian kalinya Adelin merasa miris.

"Pengen cemburu tapi ngak punya hak!" gumamnya sambil bersandar pada manekin yang kebetulan cowok.

...

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang