Faktanya

1.2K 97 4
                                    


Assalamualaikum.
Halo fren,  apa kabar? Baik nggak? Semoga baik terus yah.

Sebelum baca cerita I Love U Pak Dokter ini jangan lupa baca bismillah bagi yg muslim. Jangan lupa vote dan komentar kalian.  Yuk ramaikan lapak sepi ini.

Jangan lupa ajak teman, keluarga,  kakak, adik,  pacar,  sahabat,  tetangga,  kalian untuk baca cerita I Love U Pak Dokter.

Kalau gitu Happy Reading:

"Faktanya dia memang mengalami apa yang tidak pernah terduga sedikitpun"

-Dokter Rian

"Mungkin kemarin kamu bilang kamu ragu sama perasaan kamu ke aku, takut aku pergi dan cari yang pasti. Tapi kali ini aku yang mungkin ragu, takut kamu pergi setelah tahu gimana aku"

-Claretta

****

Dokter Rian menggeleng kan kepala nya tak menyangka,  gadis yang selama ini dia lihat selalu ceria dan baik baik saja ternyata menyimpan luka yang cukup parah. Entah lah dia tidak tahu harus apa tapi yang pasti rasanya dia ingin melindungi Claretta,  dia tidak ingin gadis itu merasa kesepian lagi, tidak ingin Claretta merasakan sakit lagi, tapi juga dia tidak mengerti perasaan nya pada gadis itu seperti apa? Ragu nya masih sangat ada, apa lagi saat kejadian beberapa hari yang lalu di Cafeteria itu. Saat Netra  hitam pekat nya tidak sengaja bertubrukan dengan iris hijau itu. Kelihatan makin dewasa setelah perpisahan mereka beberapa tahun yang lalu.  Yah begitulah dirinya, mungkin dia saja yang masih berharap. Atau apa dia pun tidak mengerti.

"Gue nggak nyangka Yan, ternyata cewek yang lo maksud itu Claretta pasien tetap gue," ujar dokter Arvin membuyarkan lamunan sahabat nya.

Dokter Rian menoleh seraya mengangguk.  " Gue juga nggak tau Vin, kalau gadis yang lo anggap adik itu dia," balas cowok itu. Sekarang keduanya sedang berada di sebuah Cafe yang letak nya tidak jauh dari klinik dokter Arvin.

"Kalau udah kayak gitu kemungkinan nggak sih dia bakal jadi diri nya yang lain?" Tanya dokter Rian. 

Dokter Arvin mengangguk "sembilan puluh lima persen sih," jawab dokter Arvin.

Wajar jika cowok itu bertanya seperti itu. Mungkin profesi mereka memang sama,  tapi dalam bidang yang berbeda, mana ngerti dia sama masalah kejiwaan dan psikis orang, dia kan dokter bedah.

"Ada kemungkinan dia buat sembuh?" Tanya nya lagi.

"Lima puluh persen," sahut dokter Arvin.

"Karena kemungkinan buat sembuh dari ganguan itu sangat minim. Tapi nggak ada jaminan dia nggak bisa sembuh sih, pasti bisa kalau rajin terapi dan selalu di awasi biar dia nggak stres," sambung dokter Arvin lagi. Dokter Rian mangut-mangut paham.

***

Karena mendapat kabar dari bi Asti tentang Claretta, Sasa langsung memutuskan untuk terbang dari bandar udara Seoul ke bandar udara Soekarno Hatta malam itu juga. Untung saja proses pertukaran pelajar yang di adakan sekolah selesai hari itu juga, sebenarnya bisa saja besok atau lusa ia balik ke Indonesia,  tapi karena gadis itu tetap kekeuh untuk pulang demi melihat kondisi sepupu sekaligus sahabat nya, Sasa sampai merengek pada pihak sekolah. Padahal dia masih bisa berada di Korea selama yang ia mau sekalian liburan untuk nya.

"Retta lo nggakpapa kan?" Tanya gadis itu, pada Claretta yang masih duduk bersandar di kepala ranjang, atau lebih tepatnya Scarletta.

Gadis itu menatap dingin kearah Sasa.
"Scarletta bukan Claretta," ralat nya.

I Love U Pak Dokter [End✔ ]Where stories live. Discover now