"Itu juga yang menjadi alasan gue pacarin cewek terus tinggalin dia begitu aja. Karena gue enggak mau ngerasain ditinggalkan untuk kedua kalinya, jadi lebih baik kalau gue yang meninggalkan. Enggak usah marahin gue! Gue tau gue jahat," ucap Rico dan diakhiri kekehannya.

"Dasar lo mah," kekeh Gatha. Sekarang Gatha tahu alasan Rico. Dan Gatha juga sadar kalau dibalik sikap buruk seseorang pasti ada suatu hal yang melatarbelakanginya.

"Tapi ada satu hal yang gue penasaran, lo itu kenapa bisa tomboi?" tanya Rico.

"Gue enggak pernah bilang kalau gue tomboi. Cuma orang-orang yang selalu beranggapan kalau gue tomboi."

"Ya iyalah. Siapa coba yang enggak beranggapan begitu kalau sikap lo aja kayak anak cowok. Bahkan, banyak anak cowok di sekolahan yang takut sama lo," beber Rico.

Gatha tertawa kecil. "Mereka aja yang terlalu takut. Lagian nih, ya, gue itu tetap aja cewek, gue enggak sekuat yang kalian kira. Tapi ada alasannya sih, gue bersikap kayak gitu, dan lo bakalan tau suatu saat nanti."

"Sok main rahasia, lo," cibir Rico.

"Biarin."

"Gat, lo kenal Bara udah lama banget, ya?"

"Bukan lama lagi, Ric. Bahkan dari gue lahir aja gue udah ketemu sama dia, udah temenan sama dia. Kami juga diasuh sama orang yang sama, yaitu bunda gue. Sampai kadang ada yang bilang kalau kami itu saudara." Gatha tertawa saat mengingat ada tetangga baru yang mengira mereka adalah kakak beradik.

"Pantas aja lo yakin dan percaya banget sama Bara," ucap Rico.

Gatha mengangguk lagi.

"Lo suka sama Bara?" tanya Rico.

"Kenapa lo nanya gitu?" Bukannya menjawab, Gatha malah bertanya balik.

"Ya pengen nanya aja. Lagian setau gue ya, menjalin pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu susah. Apalagi ini lo udah lama banget, gue tebak pasti salah satu atau bahkan kalian berdua punya perasaan lebih dari sekedar teman. Bener 'kan gue?"

Gatha mengangguk. "Iya, lo bener, Ric, dan itu cuma gue," jujur Gatha.

Gue enggak suka kejujuran lo kali ini, Gat, batin Rico.

"Gue tau kok rasanya mencintai sepihak," gumam Rico sangat pelan seperti berbisik.

"Lo ngomong apa?"

"Enggak, gue enggak ngomong apa-apa. Suara nyamuk palingan," kilah Rico sembari mengibaskan tangannya seperti mengusir nyamuk.

"Ohh. Gue mau nelpon bunda gue dulu, perasaan gue enggak enak soalnya." Entah mengapa perasaan Gatha memang tidak enak sekarang. Ia juga kembali mengingat akan surat tadi siang.

Rico mengangguk saja.

Dengan cepat Gatha menghubungi bundanya. Untungnya panggilannya langsung diangkat oleh bundanya.

"Halo, Bund. Bunda di mana?" tanya Gatha cepat. Rasa takut dan khawatir bercampur di dirinya sekarang.

"Bunda lagi di supermarket. Ada apa, Sayang?"

Gatha sedikit lega mendengarnya. Setidaknya, ia bisa mendengar suara bundanya yang baik-baik saja.

"Enggak ada apa-apa kok, Bund. Bunda hati-hati, ya? Bye, Bunda."

Setelah menutup sambungan telepon bundanya, Gatha berganti menghubungi Bara. Bara tadi bilang kepadanya bahwa ia akan ke rumah Clara untuk belajar bersama guna mempersiapkan diri menghadapi olimpiade yang tak lama lagi akan berlangsung.

"Halo, Tega? Lo di mana? Lo enggak papa 'kan?" tanya Gatha cepat saat panggilannya sudah diangkat.

"Halo, Tebar. Gue enggak papa, ini gue masih di rumah Clara. Kenapa memangnya?"

"Oh, enggak kenapa-kenapa kok." Setelah itu Gatha menutup panggilannya.

Kedua orang yang dia sayang baik-baik saja, tapi kenapa rasa takut dan khawatir ini masih menghantui dirinya?

"Gat, lo enggak papa?" tanya Rico yang melihat Gatha terdiam.

"Gue lagi khawatir."

"Khawatir kenapa?"

"Jadi, tadi siang--"

Ucapan Gatha terpotong oleh suara ponselnya yang berdering menandakan ada panggilan masuk. Gatha pun langsung mengangkatnya.

"Halo, Gatha, ini Tante Sinta."

"Oh, iya, kenapa, Tan?"

"Bunda kamu, Gatha. Bunda kamu ke-kecelakaan."

Ponsel Gatha terjatuh begitu saja dengan Tante Sinta yang masih memanggil namanya di seberang sana karena sambungan teleponnya yang memang belum dimatikan. Tubuh Gatha bergetar hebat, kakinya melemas, dan matanya membulat sempurna. Gatha menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

***

Jangan lupa vote dan komen, guys😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen, guys😊

GARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang