~7.pelangi tidak selama indah

21 2 0
                                    


   •dear 'jeon•
  .
  .
   .
                             

Terkadang pelangi itu butuh hujannya. agar bisa melihat bumi.

Hujan sekarang memang sedang hujan, hujan menyapaku hari ini.
Sore yang terdengar menyendiri
Karena. Ia di guyur hujan yang
Ingin turun karena kesedihannya.

"Jika kamu rindu aku pegang saja
Gantungan kunci itu dan tataplah
Secara dalam"

"Ingat janji pita ini. Jika begini baru
Aku percaya"

"Jihan aresta,"ucapnya lirik, sekali lagi.

Hari ini rasanya tangisku pecah lagi.
Oleh kerinduan yang hangat akan
Suaramu yang samar di telingaku.
Sore ini kaca jendela cafe yang aku
Tatapi sejak pagi tadi. Sebetulan

Hari ini aku mengambil kuliah
Siang. Karena masih banyak
Setumpuk tugas yang penuh dengan
Biologi.fisika.kimia karena memang
Jurusan ipa-kedokteran spesiasi
Dokter bedah.

Kini aku termenung dalam senyap
Sejenak. Sore yang rudung hujan
Membuatku percaya jika
benar-Benar merindukan sosoknya.

"Jihan!"

Teriak yang terdengar jelas di telingaku itu sontak membuatku.
Kaget setengah mati Hampir saja
Telingaku ingin pecah rasanya
Gadis berambut hitam. panjang
Itu melihatku dengan heran.

Aku pun segera bersikap santai
Seolah-olah tidak ada.

"Ngapain lu natap gue kaya gitu?"tanyaku.

Gadis itu karina. Memang sejak sore
Aku tidak memiliki janji apa-apa
Kepada karina mungkin dia hanya
Kebetulan masuk cafe yang sama
Hingga kami bisa bertemu.

Karina hanya bergumam saja. Dia
Malah sibuk mengambil makanan
Kue kering yang ada di mejaku yang
Memang sudah aku pesan dari tadi.

"Gini yah, gue itu lagi ada masalah
Idup gitu sama nyokap gue kira-kira
Lu bisa bantu gak?"tanyanya, dengan
Mulut yang sedang penuh dengan
Makanan.

"Bantu apaan gue?"

"Gampang, gue minjem duit lu dulu
Buat bayar kuliah, nanti kalau gue
Ada duit gue ganti deh gue cicil." Jawabnya.

Aku hanya mengiyakan saja. Dengan
Anggukkan kecil dari kepala sambil
Dengan santai menyeruput minuman
Coklat panas yang ada di dekatku.

Karina pun berdecak kesal. Dia tidak
Yakin. Jika aku mengiyakannya begitu
Saja dana yang keluar untuk kuliah
Berbulan tidak sedikit. Tapi, Jihan
Mengiyakan dengan segampang jidat.

"Jawab dong, itu beneran atau boongan?"tanyanya lagi.

"Iya benarlah."

Kami pun kembali tersenyum bersama dengan pikiran masing-masing. Dan aku juga masih
Memikirkannya bagaimana keadaan
Nanti jika aku sudah kembali. Pikiran
Itu kembali terlihat dalam pundak
Dan otakku.

Hujan mendominasi kesedihanku
Saat ini akan membuatku hening
Dalam diam seperti menanti
Sebuah penantian yang sangat
Panjang sayup terdengar oleh
Hujan-hujan.

  --••--                                   

Aresta yang hanya terdiam saja dari
Balik kamarnya. Rumah selalu menjadi tempat yang paling berharga
Untuk pulang bahkan seperti bukan
Rumah untuknya. Laki-laki itu meratapi langit sore yang saat ini
Sedang hujan sama hal yang di rasakan oleh jihan. Bagi laki-laki itu
Tidak yang namanya hidup bisa
Berjalan sesuai rencana masa depan.

Dear Jeon Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ