~8.kejutan kecil dan janji

21 3 0
                                    

Kami menikmati banyak sekali malam minggu ini. dengan ceria terlihat canda dan tawa yang saling menyatu,tanpa adanya kesedihan yang datang.

Kecuali riandri yang engga menikmati malam dengan senyum. atau bahkan untuk sekedar tertawa saja lelaki itu enggan bahkan tidak akan melakukannya. 

Senyum tipis jadi pemandu malam yang dingin ini.

Hingga malam itu semua di lewatin dengan kebahagiaan. dan keheningan malam masuk hingga itu menusuk jihan dan sahabatnya itu. akan bermalam di sini, rian sudah pergi ke kamarnya sejam yang lalu sebelum itu juga rian membereskan barang, piring, alat panggang rapi tidak ada sisa mungkin, rian pikir agar jihan tidak perlu repot-repot membereskan lagi.

---••---

Pagi cerah yang datang tiba mengganti malam. yang bahagia untuk seorang jihan cahaya yang sudah mulai terang membuat gadis berambut panjang hitam kecoklatan, pekat itu tersenyum sumringah tidak terasa juga tahun ini akan segera memasuki.
semester ke 2 dalam waktu sebentar lagi jihan akan lulus ingin rasanya cepat-cepat wisuda di Indonesia bersama Ratna dan tentunya ada rian, rini, yeni, athaya, lisana begitu banyak teman di kota Jogjakarta di kota gadis itu.

Sella dan karina sudah pergi Pagi-pagi sekali sekitar pukul 06.00. sepertinya,begitu banyak tugas kampus yang sempat mereka tunda mencari kabar wini yang katanya ingin bertemu aku juga tidak tau, soal masalahnya.

Jihan berdiri tegak di tengah balkon apartemen itu. dengan senyuman yang sama menatap langit yang biru cerah membawa perubahan malam yang indah yang selalu dirinya tatap.

Apakah ada di namakan luka karena merindukan?

Tidak mudah rasanya merindukan orang yang sajauh dari pandangan dan mata ini. orang benar-benar sudah menaruh harap besar dalam hidupku jihan rindu. jihan rindu bagaimana senyum itu terbit hanya di hadapannya.

hingga tidak terasa itu juga membuat jihan menerbitkan senyum tipisnya. benda pipih yang ada di saku baju gadis itu kini tengah berdering dengan begitu nyaringnya jihan hampir di buat kaget oleh notif, yang sudah 2 minggu ini bertumpuk bahkan ia tidak menggunakan ponsel sama sekali sejak kemarin.

Telepon itu dari Sahabat-sahabatnya lain yang ada di kota jogjakarta saat ini. dan juga aresta entah kenapa, laki-laki yang paling banyak masuk pesan panggilan.

Jihan termenung lagi mencoba membuka dan menghubungi kembali pesan dari ares dan ternyata bunyinya berhasil akhirnya berdering dengan sedikit perasaan gugup jihan coba menghela nafas kasarnya.

Dan panggilan itu pun berhasil dilakukan dan sudah ada aresta bersuara dari ujung sambungan telepon itu.

"Jihan, kenapa kamu baru menjawab teleponku sekarang?"

"Maaf aku baru menghubungi kamu, ji kamu gapapa?"

Jihan terlihat mengerutkan dahinya setelah mendengarkan suara aresta yang berat. bahkan, seperti tidak terlihat sehat tetapi, aresta mencoba menutupinya dari jihan.

"Kamu yang kenapa harusnya? Beneran gapapa? Suara kamu benda gitu lo res,"

Aresta mencoba mendesahkan nafasnya seraya menjauhkan ponselnya dari mulut. Aresta sengaja agar Jihan tidak tau dirinya sedang sakit saat ini akibat perkerjaan yang terus-menerus membuat tenaga laki-laki itu terkuras habis.

"Ares kamu gapapa akan? Jawab aku! Aresta!!"teriak jihan, dengan tegas.

Suara Jihan yang mulai meninggi membuat aresta segera kembali meletakkan ponsel itu di telinga kanannya. dengan hati-hati aresta tau Jihan khawatir tapi, dia yakin bisa sendiri, aresta tidak ingin menambah beban dan konsentrasi jihan dalam belajar.

Dear Jeon Where stories live. Discover now