~2.pertama kalinya

36 5 0
                                    

Saat aku membuka mataku aku merasa telah duduk disamping motor merah ninja itu. Tapi, nyata itu bukan mimpi ini adalah benar-benar sesuai mataku menatapnya.

Tanpa aku sadari kini motor itu telah berhenti tepat di depan rumahku.

"Jihan," ucapnya, dalam kata pelan.

Aku pun tersenyum dan hanya mampu terdiam. seperti, yah seperti aku duduk di motor ini dan memeluk laki-laki itu dari belakang.

"Kenapa?" tanyaku, sembari hendak turun dari motor itu.

Laki-laki itu. Maksudku adalah aresta.
Yah aresta, aresta tersenyum dan hanya memandangi wajahku yang terlihat malu-malu tidak jelas, Karena memang itu kenyataan yang sedang aku hadapi. Mengapa aku selalu seperti ini?

Aresta pun mulai memakirkan motor itu tepat di hadapan rumahku. Dan ia berjalan menuju ke arahku.

"Jangan ada kata yang tidak adil, nanti takdir itu gak bisa senyum," kata aresta, lirih.

Aku pun terdiam saat aresta mengucapkan kata itu. Entah aku pun tidak mengerti mengapa ia mengucapkan kata itu. Tapi, yang pasti laki-laki itu pasti memiliki makna tersendiri dalam setiap kalimatnya.

"Kenapa?" tanyaku lagi, dingin.

Aresta tidak menjawab apa-apa lagi. atau sekedar menjawab pertanyaan dariku, dia hanya tersenyum lalu, mengambil. motornya kembali yang terparkir di depan rumah jihan. Setelah itu, aresta pergi begitu saja membiarkanku mematung kebingungan pada perkataannya itu.

Aku kembali tersadar jika sosok laki-laki itu, telah hilang dari pandanganku dan aku pun beralih pergi menuju pintu rumah dengan berjalan gontai. Sembari terus memikirkan perkataan aresta tadi.

--••--

Sore ini, sudah ada wawancara penting dan acara dengan perusahaan pak handara, dan pak handara pun sudah mulai bersiap dengan wawancara itu, memang kenyataannya perusahaan yang bangun sendiri oleh pak handara itu begitu terkenal hingga menjadi perusahaan terbaik di daerah malang sampai jogjakarta.


"Baik saya rasa cukup wawancara sampai disini dulu, sekian terima kasih," ucapnya, dengan kata hormat.

"Pak hari ini jadwal bapak sudah selesai, lebih cepat dari hari kemarin."Ujar wanita berambut pirang, berpakaian ketat itu.

"Iya." jawabnya, dengan nada datar.

••

Sementara saat ini, Laki-laki bertubuh tinggi sedang itu sudah beranda di ambang pintu rumahnya dan akan memulai. memasuki rumah itu dengan langkah pelan agar tidak terdengar.

"Bagus, lihat sekarang sudah jam berapa?dan sekarang kamu baru pulang" tanya wanita berdarah dingin itu, dengan ketus Pada laki-laki yang sekarang terdiam dan menghentikan langkahnya untuk menuju kamarnya.

"Aku pulang sore kan ma? Aku sudah berjanji bakalan pulang sore."

Wanita yang sebut sebagai mama itu hanya menatap tajam ke arah anak laki-laki itu dan memasang wajah dinginnya.

"Kamu kira ini rumah makan? Bisa datang seenaknya saja?!" balasnya.

Laki-laki itu hanya terdiam saat wanita dingin itu menatapnya begitu dan berbicara dengan nada tinggi kepadanya, memang seharusnya ia patut untuk dimarahin.

"Tapi mah, aku sudah berusaha pulang cepat agar mama tidak marah, maafin aresta ya mah," katanya, pelan.

Wanita itu tersenyum dingin. Mulai melangkah kakinya dengan cara yang dingin menatap anak laki-lakinya itu dengan tajam.

Dear Jeon Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ