"Kamu ngasih aku segalanya kok, justru kamu yang ngerubah aku jadi Keira yang kayak gini, terus kenapa kamu bilang kayak gitu, Vin?" tanya Keira.

"Gu-gue nggak tau apa yang gue pikirin saat ini Kei," ujar Calvin. Matanya sudah tidak sanggup lagi menatap Keira.

Begitupun dengan Keira ada rasa bersalah di benaknya yang membuat tidak berani menatap Calvin ataupun berbicata lebih padanya, ia terus teringat oleh ucapan Ayahnya semalam di telepon.

Flashbach on.

"Keira kamu harus dengerin papa ya, besok sepulang sekolah tolong kamu langsung pulang karena malamnya kamu akan bertunangan dengan Samuel," ucap papa Keira.

"Apa!?

"Pa, papa apa-apaan sih? Keira nggak mau pa!" rengeknya.

"Kamu nggak mau? Apa kamu mau kedua orang tau kamu dipenjara? Huh? Tolong kamu ngertiin papa sama mama, kalau kamu sayang sama orang tua kamu."

"Iya! Oke! Keira ngerti."

Flashback off.

Papanya itu sudah membuatnya gila. Keduanya sedang merasa kebingungan. Keira tidak tahu apa yang Calvin pikirkan dan ia tidak tahu bagaimana ia mengatakan ini kepada Calvin.

"Ini." Calvin menyodorkan sebuah surat kepada Keira.

"Apa ini?" tanya Keira.

"Buka ini kalau lo udah merasa lebih baik," balas Calvin.

Keira mengangguk pelan, menuruti perintah dari Calvin.

"Gue, ke kelas ya," pamit Calvin lalu mengelus pucuk kepala Keira dengan lembut yang tentu saja membuat sang pemilik kepala merasa nyaman.

"Iya," jawab Keira disertai senyum manis yang melekat pada bibirnya.

Calvin pun melangkah meninggalkan tempat tersebut, raut wajahnya seketika berubah, air matanya sudah berada di ujung pelipis, ia langsung mengusap pelipisnya dengan kasar.

Lelaki juga berperasaan, akan lebih baik jika ia menangis dari pada memendam dan melampiaskannya kepada orang lain.

Tidak ada yang tau apa yang ditulis Calvin, kecuali jika Keira membukanya.

*****

Sepulang sekolah Keira langsung bergegas pergi ke suatu tempat ia berlari mencari taxi, akhirnya ia mendapatkannya.

Ia turun dari taxi dengan penuh amarah. Keira memasuki cafe yang untungnya tidak terlalu ramai. Di sana ia mendapati Samuel yang sedang duduk santai. Tanpa aba-aba Keira menggebrak meja yang di tempati Samuel hingga membuatnya terkejud.

"Maksud lo apaan?!" tanya Keira dengan lantang.

"Kei, tenang ini di cafe," pinta Samuel lalu meraih tangan Keira. Dengan cepat Keira menampik tangan Samuel.

"Nggak usah basa-basi! Lo kan yang nyuruh buat tunangan nanti malem?" tanya Keira dengan kesal. Ia masih setia berdiri di tempatnya.

When I Meet You (Complete)Where stories live. Discover now