16. Become Friends?

1.4K 140 49
                                    

Los Angeles, Friday

"Sebenarnya aku cukup kecewa padamu Ally." Kata pria bermarga Tuan yang kini duduk di hadapan Alice.

"3 kali kita bertemu. Dan 3 kali pula kau telah mengatakan hal ini Mark." Sahut Alice dengan nada datar. Gadis itu bersandar di sofa panjang di dalam ruangan kerjanya. Dia sedang malas berdebat.

Pikirannya sedang berkecamuk tak karuan di dalam kepalanya. "Aku tak bisa mencegah hal ini." Kata Alice dengan nada lesu.

"Aku juga tidak bisa mencegah ini, Ally."

"Maksudmu?" Dahi Alice berkerut.

"Aku tidak bisa mencegah perasaan suka dan cintaku pada Rosie. Aku tak rela dia kembali lagi pada Park Chanyeol-"

"Jangan macam-macam pada adikku, Mark!" Alice menyela ucapan pria itu.

"Aku belum selesai bicara, Ally. Dengarkan aku dulu. Kau kebiasaan sekali memotong ucapan orang."

Alice terdiam. Dan membiarkan Mark melanjutkan perkataannya lagi.

"Aku memang tidak rela dia kembali pada suaminya. Tapi bukan berarti aku akan berbuat jahat. Kau tahu aku mencintai adikmu karena kami terbiasa menghabiskan waktu bersama sejak dia pindah kemari denganmu dan Hana. Dan aku belum pernah melihat Rosie memancarkan sorot mata bahagia kala itu. Sampai akhirnya Park Chanyeol datang kemari. Dan disana lah pertama kalinya aku menemukan kebahagiaan Rosie yang sejati."

"Kau benar Mark. Aku juga melihat hal yang sama. Dia tidak pernah setengah hati mencintai seseorang. Bahkan saat dibuat kecewa sekalipun."

"Dia memiliki hati seperti malaikat, Ally. Tak ayal aku jatuh cinta padanya." Ujar Mark seraya menatap langit-langit ruangan kerja Alice.

Gadis itu menangkap nada bicara yang terdengar putus asa dari pria itu. Well, Mark ini tipe pria yang mudah ditebak dan menunjukkan secara langsung apapun yang dia rasa. Alice sudah paham betul dengan teman kuliah sekaligus tetangganya ini.

"Ally?" Panggil Mark seraya menoleh ke arah Alice yang duduk di sebelahnya.

"Hmm?"

"Menurutmu etis tidak kalau aku mengunjungi Rosie dan Hana sekarang? Maksudku kau tahu kan, Park Chanyeol..."

"Hubungi dulu Rosie, tanya padanya. Jika dia mengiyakan berarti tidak ada masalah."

"Itu masalahnya." Ujar Mark sambil mengusap tengkuknya gusar.

"Apa?"

"Rosie tidak pernah merespon panggilan serta pesanku lagi semenjak aku menyatakan perasaanku padanya."

Alice mendengus kesal. "Apa salahnya mencoba lagi? Barangkali kemarin dia sedang sibuk dengan aktifitasnya."

"Ah, benar juga. Kenapa aku tidak bisa berpikir kesitu?"

🍁🍁🍁

Di dalam toilet kamarnya, seorang pria berperawakan tinggi dan atletis tengah menatap dirinya sendiri di depan cermin. Dia sedang menimbang-nimbang apakah dia harus mencukur kumis tipis dan jenggotnya atau tidak.

Loey membayangkan kalau dia merawat jenggot dan kumisnya itu untuk tetap tumbuh, barangkali dirinya bisa mengalahkan ketampanan Zayn Malik mantan member One Direction. Barangkali.

Ceklek...

Pintu kamar mandi itu terbuka, menampakkan sosok langsing sang istri dibalut dress santai super pendek berwarna hitam dengan potongan kerah rendah.

"Oops... Kukira kau masih mandi di dalam." Ujar Rosie sambil melangkah mendekat ke arah Loey.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(No) WAY BACK HOME 2 [END]Where stories live. Discover now