Namun Raga langsung tersadar jika gadis itu tidak bisa melihatnya mengangguk. "Iya, tidur sana."

"Kali ini taruhannya apa?" Pertanyaan dari Queen membuat Raga terdiam. Dia kembali mengingat taruhan yang tadi diajukan oleh Andi.

Raga terdiam karena bingung harus menjawab apa, apakah dia harus berkata jujur atau harus berkata bohong kepada Queen? Keterdiaman Raga membuat Queen yang berada disebarang telpon menunggu dengan bingung.

"Abang?" panggil Queen membuat Raga kembali tersadar.

"Motor Rangga." Raga menjawab dengan cepat.

"Gimana? Lu terima tawaran gua? Adik lu yang bakal jadi taruhannya, oh iya nama adik lu siapa sih? Gua ga tau namanya tapi pernah ngeliat dia dan cantik juga."

Ucapan Andi masih bisa di dengar Raga dengan sangat jelas, lelaki itu kembali menghampiri mereka dengan posisi panggilan yang masih menyala.

"Jangan pernah ngelirik adik gua atau gua ga segan buat bikin mata lu buta," ancam Raga.

Andi memasang wajah berpura-pura takut. "Aduh gua takut nih dengan anceman lu." Seketika tawa Andi terdengar sangat menggelegar. "Ngaku kalah aja. Rangga udah tau bukan kalau dia bakal kalah makanya ga mau jadiin adeknya taruhan?"

"Lebih baik gua ngaku kalah dari pada harus jadiin adek gua taruhan. Gua Rangga mengaku ka-"

Sebuah suara yang berhasil memotong omongan Rangga. "Rangga bakal terima taruhannya." Raga langsung tersadar jika dia lupa mematikan sambungan telepon dan begonya dia tadi meloudspeaker agar bisa mendengar suara Queen dengan jelas.

"Rangga bakal terima taruhannya, gua sebagai orang yang mau dijadiin barang taruhan dengan senang hati menerimanya." Queen kembali berucap membuat semua orang terkejut.

"Lu tidur aja, ga usah dengerin omongan dia. Gua matiin teleponnya." Namun sebelum Raga mematikan telepon, suara gadis itu kembali mengintrupsi. "Ga usah dimatiin bang, gua nerima tawarannya."

"Adik lu aja nerima, lu masih mau nolak?" Tatapan yang diberikan Andi pada Rangga kembali membuat lelaki itu harus menahan emosi.

"Gua nolak buat balapan," ucap Rangga.

Meski sudah mendapat persetujuan dari Queen, dia masih saja tidak ingin menjadikannya sebagai taruhan. Queen bukanlah sebuah barang, dia menjaga adik kecilnya itu dengan penuh kasih sayang dan sekarang dia harus membuatnya menjadi bahan taruhan.

"Biar akhirnya impas, gua juga mau jabatan lu jadi ketua harus jadi taruhannya. Kalau lu kalah maka lu harus mundur jadi ketua Lycaon."

Queen mampu membuat Andi terdiam mematung, bukan hanya Andi namun semua orang yang berada disana juga ikut terdiam membuat suasana menjadi hening seketika. Mereka tidak pernah berpikir jika akan menjadikan jabatan Andi sebagi taruhan namun gadis di balik layar ponsel malah mengatakan dengan sangat mudah.

The Cold Brothers [ON GOING]Where stories live. Discover now