30

736 95 52
                                    

The first story

Don't Judge me, because this is just my imagination

Mmmh 🙂

🔪

.
.
.

Drrtt...

Drrtt...

Drrtt...

"Nde?'

"Baru menjawab panggilanku... Kim Jennie?"

Glup

Jennie menelan ludahnya dengan susah payah. Beberapa hari ini, ia memang jarang sekali mengecek isi ponselnya. Terlebih saat dirinya sudah resmi menjadi kekasih kelincinya. Ya, siapa lagi jika bukan Irene Bae. Dan yang lebih parahnya lagi, Jennie tidak melihat id pemanggil di ponselnya.

Rasa gugupnya seketika hilang begitu saja. Membayangkan bagaimana kejadian tempo lalu di pinggir jalan, bersama Irene. Jennie membayangkan pelukan hangat gadis Bae itu, bahkan yang begitu ia ingat adalah...

Benda kenyal berwarna pink alami.

"YAAKKK!"

Teriakan Jisoo begitu memekakkan telinganya. Sepertinya Kim sulung mengetahui apa yang sedang Jennie pikirkan.

Dengan ragu, jemarinya mengusap layar ponselnya yang kemudian menampilkan wajah Jisoo yang sedikit marah padanya.

"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa wajahmu memerah? Dan dimana Irene Eonnie?"

Seperti wartawan jika seperti ini dan Jennie membencinya. Kakaknya itu selalu saja ingin tau ini dan itu tentangnya. Aisshh...

Catat, hanya untuk hal yang baru saja terjadi hari ini.

"SAYANG, KEMARILAH! SARAPANNYA SUDAH SIAP!" Teriak seseorang dilantai satu.

Jennie memejamkan matanya sesaat mendengar teriakan Irene dari bawah sana. Ia membasahi bibirnya yang sedikit kering karena gugup berhadapan dengan Jisoo. Ia takut melihat reaksi Jisoo saat mengetahui hubungannya dengan Irene. Bagaimana jika kakaknya itu menolak dan memaksa Jennie menjauhi Irene?

Tidak!

Jennie tidak mau!

Shireo...

Jennie mengenyahkan segala pikiran negatifnya itu. Dengan memberanikan diri, ia menatap wajah kakaknya melalui ponsel pintar digenggamannya.

Tut!

Matanya membulat seketika. Panggilan video itu berakhir sepihak oleh Jisoo. Feeling Jennie sepertinya benar jika Jisoo menolak hubungannya bersama Irene. Gadis itu menundukkan wajahnya, berusaha untuk menormalkan detak jantungnya yang mulai tidak beraturan. Ia berulang kali mengambil nafas lalu menghembuskannya perlahan, hingga tanpa ia sadari, Irene sudah berjongkok didepannya sembari memegang kedua tangannya.

"Sayang, ada apa?" Jennie menggeleng.

Irene menangkup wajah Jennie agar mendongak menatap dirinya. Jemarinya bergerak merapikan helaian rambut Jennie yang menjuntai indah disekitar wajahnya. Irene tersenyum lembut kearah Jennie yang hanya diam membisu didepannya.

"Kenapa murung, heum? Tadi kau begitu ceria dan sangat bahagia? Ada sesuatu yang menganggu pikiranmu, Chagi?"

Mata mereka saling bertemu. Jennie menundukkan kepalanya paksa saat Irene berusaha menahannya agar tidak menunduk. Dadanya mulai naik turun dan kini terdengar isakan kecil dari mulut Jennie ditelinga Irene.

Our Story [COMPLETED]Where stories live. Discover now