12

918 113 31
                                    

The first story

Don't Judge me, because this is just my imagination

Mmmh 🙂

🔪

.
.
.


Hari ini Jennie memiliki jadwal di rumah sakit Seoul. Akhirnya ia menerima ajakan dari tuan Lee beberapa hari yang lalu. Bukan apa-apa, ia juga bisa dibilang belajar atau magang lebih awal disana.

Keduanya sepakat, Jennie hanya akan datang bila ia ada waktu luang dan bebas dari beban tugas kampus atau pratikum. Seperti hari ini, ia kembali dari rumah sakit pukul 8 malam. Jika biasanya Jennie mengendarai mobil sendiri, kali ini ia memilih menaiki taksi atau bus dengan alasan ingin merasakan bagaimana hawa disana. Awalnya Jisoo menolak ucapan Jennie, tapi sifat keras kepala adiknya itu lebih mendominasi, Jisoo bisa apa? Ditambah lagi, adiknya itu harus merengek dan ber-aegyo didepannya... Haishh..

Andai saja Jennie bukan adiknya, Jennie pasti sudah menjadi kekasihnya. Hahaaa...

Terlalu lama menyendiri hingga membuat Jisoo halusinasi berlebihan.

Jennie melirik arloji di tangan kanan, sudah 30 menit ia menunggu bus datang, namun nihil, tidak ada satu pun bus yang datang. Jennie menepuk pelan dahinya setelah mengingat bahwa bus tidak akan datang lebih dari pukul 7 malam. Karena tak ingin menunggu lama, akhirnya ia menelfon Jisoo untuk menjemputnya.

"Nde, Eonnie. Aku di halte menunggu mu Eonnie."


"..."


"Baiklah. Sampai jumpa."


Jennie mematikan sambungan telfonnya dengan gembira. Merasa bosan, ia menendang acak udara dan sesekali kakinya saling bergesekan tanpa menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan.

Srett

"Tasku!!" Pekik Jennie.

Namja itu berlari kencang menjauh dari Jennie yang berusaha meraih kembali tas berharganya.

Hap!

Jennie mendapatkan tasnya kembali, namun sayang, tarikan paksa namja itu membuat Jennie jatuh tersungkur bahkan tubuhnya ikut terseret. "KEMBALIKAN TASKU BODOH!"

"HEI!!"

"TASKUU...." Jennie menatap nanar tas miliknya yang di ambil paksa oleh penjahat itu. Bukan tentang tas, tetapi isi dan segalanya ada disana. Jennie menunduk kecewa menahan tangis. Tangan dan kakinya terluka akibat perlawanannya merebut kembali tas bermerek miliknya.

Gadis itu berjalan tertatih dan kembali mendudukkan diri di kursi halte berharap sang Eonnie berubah pikiran dari sibuknya dan segera datang lalu mengobati lukanya yang semakin perih. Jennie menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan matanya erat menahan sakit di tangan dan kakinya.

Jennie menghiraukan suara mobil yang berhenti didepannya dan seseorang berjalan kearahnya. Ia mengira Jisoo padahal, "Jen? Are you okay?"

Jennie tersenyum kecil dengan sedikit ringisan disana. Mata Irene jatuh pada lengan kanan Jennie yang berdarah. Wajah Irene seketika berubah khawatir, entah apa yang terjadi dengan gadis yang tengah duduk sembari meniup pelan lengannya itu. Gadis itu mengulurkan tangannya dihadapan Jennie, berniat membantunya.

Jennie terdiam.

"Ayo ke rumah sakit." Pungkas Irene.

"Ini tidak terlalu parah Eonnie, jadi tidak perlu berlebihan."

Lagi dan lagi, Irene berdecak geram. Gadis didepannya ini mengambil jurusan kedokteran tapi ia menganggap remeh luka miliknya sendiri? Dia bodoh atau memang bodoh? Dasar keras kepala.

"Itu luka. Bukan tentang parah atau tidak, tetapi itu harus segera diobati Jen." Irene semakin geram melihat senyum Jennie terukir di bibirnya.

"Aku serius Jen."

"Aku juga. Eh." Seketika Jennie mengedarkan pandangannya menghindari tatapan bingung Irene.

Tubuhnya tersentak kala Irene meraih pelan lengan kirinya. Jennie diam-diam menggigit pelan bibir dalamnya untuk menetralkan rasa gugup. Mimpi apa ia semalam?

Saat ini ia berharap Jisoo lekas datang dan membawanya pulang kerumah. Namun itu sia-sia saja karena ponselnya lowbat dan tidak ada uang lagi untuk menghubungi Jisoo melalui telepon umum.

Irene membuka dashboard mobilnya dan mengambil tisu basah disana. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung meletakkan tisu itu dipangkuan Jennie. "Gomawo."

Jennie perlahan mengusap lengannya yang terluka. Bibirnya kembali meringis sakit saat menyentuh lukanya disana. Irene langsung memarkirkan mobilnya dengan hati-hati lalu membukakan pintu mobil Jennie.

"Ah.. terimakasih lagi Eonnie."

Irene kembali menuntun Jennie masuk ke ruang IGD agar lukanya segera diobati. Jennie menghela nafas pasrah, sungguh ia bisa mengobati itu sendiri. Bahkan itu adalah luka kecil dan ia telah berulang kali mengobati luka yang seperti itu.

"Kakak mu itu perhatian sekali denganmu."

Dokter yang menangani Jennie terdiam sesaat kemudian berujar, "Atau kalian sepasang kekasih?"

Blush..

Jennie menunduk guna menyembunyikan wajah merah tomatnya. Ia semakin gugup saat melirik kesamping dan Irene hanya diam tanpa suara.

"Oke, sudah. Tolong jangan terkena air untuk beberapa hari kedepan."

"Dan kau, jaga kekasihmu dengan benar. Nde?" Lanjut dokter itu sebelum Irene dan Jennie benar-benar pergi dari sana.

Meski begitu acuh, Irene tetap menuntun Jennie untuk duduk. "Tetaplah disini. Aku akan menebus obatnya."

10 menit berlalu, Irene kembali membawa plastik putih yang ia yakini adalah obat miliknya. Bibirnya menyunggingkan senyum manis. Meskipun bisa dibilang berlebihan mengenai lukanya tetapi entah mengapa hatinya menghangat karena sikap Irene kepadanya.

For the first time?

Entahlah

"KYAA~"

Jennie berteriak saat Irene menggendong dirinya ala bridal style. Refleks, kedua tangannya melingkar di leher Irene. "Jangan terlalu percaya diri, aku menggendongmu karena jalanmu seperti seekor siput."

Bagai disambar petir hatinya saat ini. Pipinya yang memerah karena ulah irene kini menjadi merah padam menahan gejolak agar ia tidak memukul Irene. Tanpa sengaja tangan kanannya memukul bahu Irene lalu menenggelamkan wajahnya di dada Irene saat gadis itu menatapnya tajam.

"Mianhae.." Cicit Jennie pelan.

Diam-diam Irene tertawa geli melihat tingkah Jennie yang menurutnya menggemaskan? Ia hanya bercanda namun wajah gadis muda itu menunjukkan hal yang membuatnya ingin mencubit pipi mandu kesayangan Jisoo. Eh?

Ada apa lagi denganku?



























Ada apa lagi denganku?

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


Happy Irene Days😀

We miss you Unnie😭

Our Story [COMPLETED]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora