RaKan || Part 4

1.4K 89 4
                                    

"Bisakah kita seperti dulu lagi?"

-----

Pagi yang cerah seharusnya mereka senang, tapi tidak untuk Ara. Dia pagi ini sudah tertimpa sial, bangun terlambat, ban motor bocor. Dan yang paling parah, seragamnya kotor karena tercipret kubangan air hujan semalam. Apes sudah nasibnya.

"Ah! Ini juga, mana sih angkotnya," gerutu Ara. Sudah sekitar dua puluh menit dia menunggu angkot yang lewat, tapi nihil.

"Mana nggak ada ojek online yang mau nerima pesanan gue lagi—"

Saat mengecek ponselnya tanpa sadar Ara melihat jam yang tertera. Di sana, jam sudah menunjukkan pukul 06.53 menit.

"Mampus, telat dah gue. Ini mana sih kendaraan! Bodo amat lah, gue lari aja." dengan segera Ara lari meninggalkan motornya di pinggir jalan. "Eh? Tunggu-tunggu kok ada yang aneh yah. Eh iya anjir! Motor gue terus gimana, masa iya mau ditinggal." pekik Ara saat menyadari kebodohannya.

"Duh gimana dong ini, gue tuntun aja dah ni motor. Bolos sekali nggak masalah 'kan?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Ouh iya gue kan murid baru, masa iya mau bolos."

Seperti ada lampu besar di atas kepalanya, tiba-tiba Ara menjentikkan jarinya dan tersenyum cerah. Dengan cepat dia mengambil ponsel dan segera mengetik sesuatu di sana.

"Nah beres," ucapnya disertai senyum yang cerah.

Senyum itu seketika hilang saat melihat motornya yang bocor. "Lah? Ini yang belum beres, semangat Ara! Ayo semangat."

-----

Berakhir di sini lah keenam inti Rifox. Dijemur hormat bendera selama 4 jam pelajaran, dan yang membuat mereka mendegus kesal adalah Pak Botak yang selalu mengawasi mereka tanpa henti. Sebenarnya nama aslinya itu Pak Aryo, namun menurut mereka nama itu tidak cocok dengan orangnya, ditambah lagi Pak Aryo itu botak. Jadi dengan gamblang mereka selalu memanggilnya Pak Botak.

"Anjir itu si botak kenapa di sini terus," umpat Doni.

"Tau tuh, mana ngawasinnya sambil minum es dawet lagi. Bangsat emang," timpal Farel menggebu-gebu.

"Than lo pingsan. Biar nanti kita kabur dari ni hukuman," usul Doni sembari melirik ke arah Nathan.

"Ogah. Lo aja sana, gue kalau pura-pura pingsan pas diangkat pasti ketawa anjir," semprot Nathan kesal.

"Nggak, gue juga pasti ketawa. Kalau diangkat gitu kayak ada sensasi menggelitik gitu."

Gibran yang memperhatikkan gerak-gerik Pak Aryo pun menyeringai senang. "Diem ... tuh Pak Botak kayaknya lagi dapet telpon. Kalau Pak Botak balik arah, kita kabur," ucap Gibran.

Tepat saat ucapan Gibran terhenti, Pak Aryo berbalik arah untuk mengangkat telpon.

Mata Arkan mengkode untuk segera kabur dari hukuman kualat ini.

"Satu ... dua ... ti—kabur!" pekik Doni sembari berlari untuk kabur dari hukuman, dirinya bahkan belum menyelesaikan hitungannya.

"Bangsat!"

"Temen kagak ada ahlak."

"Anjing!"

"Gue jadiin samsek lo."

"Nggak bakal gue tebengin lagi lo Don!"

Begitu lah pekikkan para inti Rifox saat dengan seenaknya Doni kabur duluan.

RaKan[On Going]Where stories live. Discover now