Page 9: My Heart Beats Different

6.1K 1.2K 346
                                    

Siapa rindu Reynand dan Pania? 😃 👟 👙

Terima kasih udah vomen di page sebelumnya. Ayo ramaikan lagi page ini. 😘

Update Senin nih, baru sempet nulis lagi wkwkk.

*** Happy Reading ***

*** Happy Reading ***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

“Kalau weekend ini bisa nggak, Pa?”

Vania menghalangi Marcellino Wiradjasa di depan pintu. Pria itu baru saja pulang satu jam yang lalu, tapi sekarang ia ingin pergi lagi.

“Sayang, papa harus pergi ke Bali Sabtu ini. Kamu juga bisa pergi sama teman-teman kamu atau pacar kamu. Jackson pasti mau menemani kamu dinner,” jawab Marcellino seraya mengusap puncak kepala putrinya. Namun, Vania menolak dan menjauhkan tangan ayahnya.

“Vania udah putus sama Jackshit, Pa. Papa bahkan nggak tau kabar anak papa sendiri….” Gadis itu menunduk sedih.

“Papa akan bujuk mamamu biar dia bisa temani kamu weekend ini.”

“Pa, Vania itu maunya kalian berdua. Vania butuh keberadaan Papa dan Mama. Uang Papa memang banyak, Vania nggak pernah kekurangan apa pun, tapi Vania seperti anak terlantar yang nggak punya orang tua.”

Marcellino menghela napas panjang. Penampilannya terlihat sangat segar meski usianya sudah menginjak empat puluh empat tahun. Glenka bilang, papa Vania terlihat seperti sugar daddy masa kini.

“Vania, papa sesibuk ini juga demi kamu. Papa dan mama ingin kamu bahagia dan memiliki kehidupan yang sempurna. Kamu lihat, banyak anak-anak di luar sana yang ingin berada di posisi kamu. Menjadi cucu kesayangan dan pewaris utama Pratama Wiradjasa. Papa hanya membantu kamu memperhatikan apa yang menjadi milik kamu dari sekarang.”

Vania tergelak miris. Semakin hari, papanya malah semakin mirip dengan Robi Hartadi yang gila uang dan warisan.

“Untuk apa kehidupan yang sempurna kalau rasanya sama seperti nggak punya orang tua.”

“Vania,” geram Marcellino.

“Ya udahlah kalau emang nggak bisa. Toh Vania nggak bisa maksa juga. Lupain aja permintaan Vania yang tadi. Nggak penting.”

“Sayang….”

Marcellino memanggil putrinya tapi Vania langsung mengunci diri di dalam kamar. Pria itu tidak dapat melakukan apa pun karena clien-nya sudah menunggu untuk makan malam mereka.

Di dalam kamar, Vania mencoba menghubungi ibunya. Awalnya panggilan itu tak mendapatkan jawaban, baru setelah percobaan kelima Vania berhasil menjangkau ibunya.

“Ma, gimana?” tanya gadis itu tanpa menunggu.

Sayang, maaf, jadwal mama sampai akhir pekan sangat padat. Ada masalah lagi, kamu tau kan—

Sweet Karma (TAMAT) Where stories live. Discover now